Kerinduan untuk mengenal bagian terdalam diri kita itu wajar dan alamiah sebagai seorang manusia. Sebab hanya manusialah yang mempunyai kesadaran diri untuk bisa berpikir seperti ini. Nah, pertanyaannya adalah bagaimana proses pembentukan Karakter saya ?
Bisakah saya mengambil bagian dalam tahapan – tahapan perkembangan Karakter saya ? Atau, jika kita telah menjadi seorang ayah atau ibu, bisakah kami berperan dalam proses pendidikan Karakter anak – anak kami ? Dan bagaimana caranya ? Apa yang harus kami pelajari dan kami ketahui ? Marilah kita simak sama – sama jawaban dari semua pertanyaan tadi.
Teori Pembentukan Karakter
Berjuta – juta buku psikologi yang membahas mengenai pembentukan karakter manusia itu, salah satunya adalah Stephen Covey melalui bukunya 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif, menyimpulkan bahwa sebenarnya ada tiga teori utama yang mendasarinya, yaitu :
- Determinisme Genetis, pada dasarnya mengatakan kakek-nenek kitalah yang bebuat begitu kepada kita. Itulah sebabnya kita memiliki tabiat seperti ini. Kakek-nenek kita mudah marah dan itu ada pada DNA kita. Sifat ini diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya dan kita mewarisinya. Lagipula, kita orang Indonesia, dan itu sifat orang Indonesia.
- Determinisme Psikis, pada dasarnya orangtua kitalah yang berbuat begitu kepada kita. Pegasuhan kita, pengalaman masa anak-anak kita pada dasarnya membentuk kecenderungan pribadi dan susunan karakter kita. Itulah sebabnya kita takut berdiri di depan banyak orang. Begitulah cara orang tua kita membesarkan kita. Kita merasa sangat bersalah jika kita membuat kesalahan karena kita “ingat jauh di dalam hati tentang penulisan naskah emosional kita ketika kita sangat rentan, lembek dan bergantung. Kita “ingat” hukuman emosional, penolakan, pembandingan dengan orang lain ketika kita tidak berprestasi seperti yang diharapkan.
- Determinisme Lingkungan, pada dasarnya mengatakan bos kita berbuat begitu kepada kita – atau pasangan kita, atau anak remaja yang berkital itu, atau situasi ekonomi kita, atau kebijakan nasional. Sesorang atau sesuatu di lingkungan kita betanggungjawab atas situasi kita.
Sampai saat ini pengetahuan yang
sama–sama kita miliki adalah bahwa Karakter kita dibentuk sedemikian
rupa sehingga kita tidak memiliki kuasa ataupun kemampuan untuk turut campur
dalam proses perkembangannya.
Proses Pembentukan Karakter
Karakter adalah sebuah kata yang tidak ada artinya jika tidak dihubungkan dengan manusia. Gordon Allport mendefinisikan Karakter manusia sebagai kumpulan atau kristalisasi dari kebiasan-kebiasaan seorang individu. Sedangkan Chaplin mendefinisikannya sebagai kualitas kepribadian yang berulang secara tetap dalam seorang individu. Dari sudut proses pembentukkannya ada ahli yang mengatakan bahwa Karakter manusia itu adalah turunan (hereditas), sebagian lain lagi mengatakan lingkungan yang membentuk Karakter Kepribadian seseorang. Kita tidak mempersalahkan ataupun membenarkan salah satu pandangan di atas. Yang pasti kedua faktor di atas sangat berperan di dalam pembentukan Karakter Kepribadian seorang manusia. Tapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa kebiasaan manusia setiap hari itulah yang akan membentuk Karakter seorang manusia.
Tulisan berikut ini akan menyajikan beberapa aspek Kepribadian manusia yang perlu dibiasakan sejak dini pada anak atau pelajar sehingga dapat membentuk satu Kepribadian yang tangguh dan mandiri di waktu yang akan datang.
Proses Pembentukan Karakter
Karakter adalah sebuah kata yang tidak ada artinya jika tidak dihubungkan dengan manusia. Gordon Allport mendefinisikan Karakter manusia sebagai kumpulan atau kristalisasi dari kebiasan-kebiasaan seorang individu. Sedangkan Chaplin mendefinisikannya sebagai kualitas kepribadian yang berulang secara tetap dalam seorang individu. Dari sudut proses pembentukkannya ada ahli yang mengatakan bahwa Karakter manusia itu adalah turunan (hereditas), sebagian lain lagi mengatakan lingkungan yang membentuk Karakter Kepribadian seseorang. Kita tidak mempersalahkan ataupun membenarkan salah satu pandangan di atas. Yang pasti kedua faktor di atas sangat berperan di dalam pembentukan Karakter Kepribadian seorang manusia. Tapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa kebiasaan manusia setiap hari itulah yang akan membentuk Karakter seorang manusia.
Tulisan berikut ini akan menyajikan beberapa aspek Kepribadian manusia yang perlu dibiasakan sejak dini pada anak atau pelajar sehingga dapat membentuk satu Kepribadian yang tangguh dan mandiri di waktu yang akan datang.
1.Responsility
Tanggung jawab dalam bahasa Indonesia terdiri dari dua kata penting yakni tanggung dan jawab. Tanggung berarti bersedia menerima apa yang ditugaskan kepadanya, bersedia memikul isi tugas yang dipercayakan kepadanya. Jawab dalam pengertian di sini berarti bersedia belajar dan memberikan penjelasan sesuai kompetensi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Aspek psikologis dari Tanggung jawab ini adalah keberanian menerima tugas, komitmen menjalankan, ketahanan mental selama menjalankan, dan keterbukaan untuk menerima konsekuensi positip dan negatip.
Maka seorang yang disebut punya Karakter
tanggung jawab berarti orang itu memiliki kesediaan untuk menerima, memiliki
komitmen untuk menjalankan tugas tersebut sampai tuntas dan mengevaluasi serta
menerima hasilnya baik positip maupun negatip. Tanggung jawab seorang anak (pelajar)
adalah menerima tugas belajar. Sekali menerima tugas ini ia harus komit untuk
menjalankannya hingga tuntas pada akhir tahun pelajarannya. Seorang pelajar
harus membiasakan diri untuk selalu belajar. Ia bukan balajar untuk lulus
ujian, atau supaya menyenangkan orangtua dan guru, tetapi ia harus belajar
untuk hidup. Ia harus membangun suatu kebiasan bertanggung jawab dengan
menjalankan setiap tugas yang diberikan kepadanya hingga tuntas dan dievaluasi
untuk melihat hasilnya. Tanggungjawab adalah suatu aspek kepribadian yang perlu
dibangun sejak dini, mulai dari hal-hal yang sederhana yang akan
menjadi dasar untuk hal yang lebih besar.
2.Self-Respect
Penghargaan terhadap diri sendiri mungkin dilihat banyak orang sebagai hal yang lucu. Karena penghargaan biasanya lebih banyak berhubungan dengan relasi dengan orang lain yaitu menghargai orang lain. Bahkan ada yang beranggapan ekstrim bahwa penghargaan terhadap diri adalah bentuk pemujaan diri. Terlepas dari anggapan di atas saya mau mengatakan bahwa penghargaan terhadap diri sendiri adalah dasar untuk menghargai orang lain. Bagaimana anda bisa menghargai orang lain kalau anda sendiri tidak menghargai diri sendiri? Penghargaan terhadap diri sendiri berarti berpikir positip, bersikap positip dan menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Dengan berpikir positip terhadap diri, orang dapat menemukan potensi dan bakat yang terpendam di dalamnya. Lalu dengan menerima hal-hal positip dan negatip yang ia miliki, maka ia merasa aman dengan dirinya sendiri, dan akhirnya ia dapat tampil dengan penuh percaya diri. Penghargaan terhadap diri sendiri perlu dibangun sejak usia sekolah sehingga dapat menjadi dasar untuk kemajuan tugas-tugas yang akan dipercayakan kepadanya
3.Doing The Right Thing
Melakukan hal-hal baik merupakan aspek kepribadian yang perlu dibiasakan sejak dini. Kebiasaan baik ini dibentuk dengan latihan. Dan latihan melakukan hal-hal baik ini bisa terjadi di sekolah ataupun di rumah. Latihan di rumah akan didampingi orangtua, sedangkan di sekolah akan didampingi oleh guru. Orangtua dan guru hadir sebagai pendamping sekaligus motivator sehingga anak akan terus bersemangat melakukan hal-hal baik itu. Latihan yang dilakukan berulang kali akan sekaligus membentuk kebiasaan pada anak, dan selanjutnya kebiasaan ini akan menjadi bagian dari kepribadian anak itu sendiri. Seorang pelajar perlu dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat sekitar, sehingga dengan demikian kebiasaan ini akan berputar secara otomatis dalam hidunya setiap hari.
4.Respecting Others
Setiap orang tua dan guru di sekolah ingin supaya anak-anaknya memiliki kebiasaan menghargai orang lain. Sikap ini bukan hanya harapan orang tua dan guru tetapi adalah harapan setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat. Ketika masih tinggal bersama orangtuanya di rumah, anak menjadi raja kecil. Semua permintaannya selalu dipenuhi, semua keinginannya selalu dikabulkan. Tetapi setelah ia masuk sekolah, ia akan bertemu dengan tantangan baru, yaitu teman-temannya yang juga memiliki keinginan dan kemauan sendiri. Di sini anak perlu didampingi untuk mengembangkan sisi penghargaan terhadap temannya yang lain. Ia perlu juga menahan diri, memberi kesempatan kepada teman lain, menerima pendapat dan keinginan teman lain, serta berani untuk menerima kekalahan. Sikap-sikap lain yang perlu dikembangkan untuk mendukung aspek ini adalah kesabaran, menerima orang lain, mendengarkan orang lain, dan mengakui kelebihan orang lain.
5.Preventing Conflicts & Violence
Konflik dan kekerasan sering identik dengan kaum muda. Pelajar yang adalah bagian dari kaum muda pun sering kena stikma ini. Tentu bukan tanpa alasan kaum muda mendapat stikma ini. Kenyataan membuktikan bahwa banyak terjadi tawuran antar pelajar, tawuran antara mahasiswa, dan tawuran pemuda antar desa. Kenyataan ini tentu memberi kita satu indikasi bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan karakter orang-orang muda kita ini. Apa itu? Mereka tidak dibekali dengan nilai-nilai kehidupan bersama yang patut diterima dan dihormati bersama. Selain itu oleh tekanan ekonomi dan tantangan hidup metropolitan yang begitu tinggi, menyebabkan mereka kehilangan pegangan hidup dan akhirnya sulit mengendalikan diri menghadapi konflik-konflik tersebut. Upaya membuat preventing terhadap konflik dan kekerasan antar pelajar adalah dengan memberikan beban pekerjaan rumah yang banyak sehingga ia sibuk dan hanya berpikir tentang tugas belajarnya, atau juga dengan memberikan kursus-kursus ketrampilan lain sesuai dengan bakat dan talenta yang dimilikinya. Selain itu anak juga perlu pandai memilih kegiatan yang tidak cenderung pada konflik dan kekerasan.
6.Saying No to Alcohol and Other Drugs
Mengatakan No kepada Alkohol dan segala jenis obat bius adalah harapan semua orangtua kepada anaknya. Bahkan bukan hanya para orangtua, tapi sekolah, dan masyarakat pun sangat setuju dengan komitmen di atas. Banyak orangtua selalu cemas dan dengan ketat memantau keberadaan anaknya supaya tidak sampai terjebak ke dalam kebiasan buruk di atas. Gampang mengatakan No kalau kita belum pernah mengalami nikmatnya minuman keras dan obat bius. Tapi adalah sulit kalau kita sudah terjebak dalam kebiasaan minumun keras dan obat tersebut. Banyak orangtua sampai menjual semua harta bendanya untuk memulihkan anaknya yang ketagihan narkoba. Bukan itu saja, tapi kondisi fisik dan psikologis anak itu juga sangat memprihatinkan. Maka para anak perlu diperingatkan untuk tidak mencoba-coba minum atau mengkonsumsi narkoba. Mengapa perlu say No to Alcohol dan other Drugs? Karena untuk menghindari diri dari jebakan kebiasaan buruk yang akan membawa seorang siswa kepada kehancuran kepribadian.
Berangkat dari semua kenyataan akan Karakter, maka dapat disimpulkan :
- Bahwa binatang yang paling cerdas tidak mempunyai satupun anugerah ini. Dengan menggunakan metafora komputer, binatang diprogram oleh naluri dan/atau pelatihan. Binatang, dapat dilatih untuk bertanggung jawab, tetapi mereka tidak dapat mengambil tanggung jawab untuk pelatihan itu. Dengan kata lain, binatang tidak dapat mengaturnya. Binatang tidak dapat mengubah pembuatan programnya. Binatang bahkan tidak sadar akan pembuatan program tersebut.
- Karakter adalah wajah kepribadian seorang manusia. Mereka terdiri dari kebiasaan-kebiasaan yang berulang secara tetap pada setiap waktu dan tempat. Kebiasaan-kebiasaan ini tidak terbentuk satu kali jadi. Juga bukan bawaan sejak lahir, tetapi merupakan suatu kebiasaan yang terbentuk dari waktu ke waktu. Ia harus dilatih berulang kali hingga nanti tergerak otomatis. Para ahli mengatakan, ‘pertama-tama kau membentuk kebiasaan, setelah itu kebiasaanmu yang akan membentuk engkau.’ Mari kita membentuk kebiasaan positif terhadap anak-anak sejak dini, sehingga kemudian kebiasaan itu akan otomatis membentuk Karakter Positif untuk menata masa depan yang sukses.
Sumber : Muh.Rastach
Ramli, SH "LPK Daerah 2012, DKD Sul-Sel"
Membangun
Karakter Siswa (Materi Singkat untuk Guru BK) Presentation Transcript
- 1. MEMBANGUN KARAKTER POSITIF BERBASIS KEKUATAN SISWA (MATERI SINGKAT UNTUK GURU BK) Oleh: Wiwin Hendriani Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
- 2. BEBERAPA FENOMENA NEGATIF REMAJA Seks Bebas Kecanduan game dan internet¢ Membolos¢ Menyalahgunakan uang sekolah¢ ‘Kormod’¢ Berkata-kata kotor¢ Dll…dll…¢ ¢
- 3. MENGAPA TERJADI? Pendidikan karakter yang belum optimal Penanaman “nilai” yang kurang efektif¢ Konsep perkembangan anak yang belum¢ sepenuhnya dipahami dan dijadikan dasar dalam pendidikan ¢
- 4. KONSEP EKOLOGI BRONFENBRENNER DALAM PROSES PERKEMBANGAN MANUSIA
- 5. MEMBANGUN KARAKTER POSITIF SEIMBANG:¢ 1. 2. 3. IQ dan EQ Hard-skill dan Soft-skill Kemampuan Akademik dan Budi Pekerti
- 6. INGAT BAHWA… Setiap individu itu: UNIK¢ Memiliki kekuatan¢ & kelemahan masing-masing Memiliki minat¢ & kebutuhan yang berbeda-beda Memiliki 5 indera¢ & akal pikiran yang akan selalu berfungsi dalam mencerna setiap informasi
- 7. LANGKAH YANG DAPAT DIUPAYAKAN OLEH GURU BK Memahami karakter dan kekuatan siswa Memperhatikan bakat dan minat spesifik siswa¢ Fokus tidak hanya pada persoalan¢ Membangun citra positif Guru BK¢ Menjadi sosok teladan (konsisten antara perkataan¢ dan perbuatan) Menjadi individu kreatif¢ Memperluas jalur komunikasi dengan orangtua¢ ¢
- 8. “5D” DALAM MEMBANGUN KARAKTER SISWA 1. 2. 3. 4. 5. Definition Discovery Dream Design Destiny
- 9. DEFINITION 1. Memahami kondisi siswa 2. Menggunakan reframing dalam memandang suatu kasus, misal: - Anak yang malas Anak yang kurang tantangan - Anak yang pemarah Anak yang sensitif - Anak yang cerewet Anak yang peduli 3. Mendefinisikan kebutuhan siswa
- 10. DISCOVERY Menemukan kekuatan Menemukan sisi baik¢ Menemukan perilaku positif dan kondisi yang dapat¢ memunculkannya ¢
- 11. DREAM Membangun¢ harapan Menetapkan tujuan¢
- 12. DESIGN Merancang¢ langkah ke depan Merencanakan proses¢ Merumuskan hal-hal yang akan¢ dilakukan
- 13. DESTINY Membangun¢ komitmen siswa
- 14. CATATAN PELAKSANAAN 5D Siswa¢ aktif Pengelolaan waktu yang tepat¢ Konsistensi baik siswa maupun Guru BK¢ untuk menjaga komitmen dalam pelaksanaannya
PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
MELALUI PENDIDIKAN ISLAM
Oleh
Drs. Mansur
![Description: http://nursalimrembang.files.wordpress.com/2011/04/6.jpg](file:///D:\DOCUME~1\ad\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg)
Abstrak
Pendidikan karakter di madrasah
merupakan suatu sistem yang berupaya untuk menanamkan nilai-nilai luhur warga
madrasah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Dalam pelaksanaan karakter di
Madrasah, semua komponen madrasah harus dilibatkan, termasuk kompenen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian
, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan madrasah, pelaksanaan
aktivitas, atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan
dan ethos kerja seluruh warga madrasah/lingkungan. Artikel ini membahas tentang
metode pembentukan karakter menurut perspektif islam.
Kata Kunci : Karakter, Peran guru, dan
Pendidikan Islam
A. Pendahuluan
Pada hakikatnya pendididkan karakter merupakan suatu sistem
yang berupaya untuk menanamkan nilai-nilai luhur warga madrasah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melakukan
nilai-nilai tersebut. Dalam pelaksanaan karakter di Madrasah, semua komponen
madrasah harus dilibatkan, termasuk kompenen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian , penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan madrasah, pelaksanaan aktivitas, atau kegiatan
kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan dan ethos kerja seluruh
warga madrasah/lingkungan.
Dalam pendidikan
karakter ini, segala sesuatu yang dilakukan guru harus mampu mempengaruhi
karakter peserta didik sebagai pembentuk watak peserta didik, guru harus
menunjukan keteladanan. Segala hal tentang perilaku guru hendaknya menjadi
contoh peserta didik, misalnya, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,
cara guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Tujuannya adalah
membentuk pribadi anak agar menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang
baik, dan warga negara yang baik.
Kriteria manusia,
warga masyarakat dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau
bangsa secara umum didasarkan pada nilai-nilai
sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya
itu sendiri. Oleh karena itu, hakekat dari pendidikan karakter dalam pendidikan
di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri serta niali-nilai dari ajaran
agama, dalam rangka membina generasi muda
Dewasa ini banyak
pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan
karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada
fenomena sosial yang berkembang yakni meningkatnya kenakalan para remaja dalam
masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral
lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada
taraf yang sangat meresahkan masyarakat. Oleh karena itu, lembaga pendidikan
formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat
meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui
peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Berdasarkan
pembahasan di atas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan
upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu
peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat, yang didukung
metode pembentukan karakter yang tepat dalam pembinaan genera muda secara
islami.
B. Karakter Peserta didik yang diharapkan
Karakter dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen dan
watak seseorang. Karakter dalam pengertian ini menandai dan memfokuskan
pengaplikasian nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan dan tingkah laku.
Orang-orang yang tidak mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan tentu saja
berkarakter jelek, sedang yang mengaplikasikan berkarakter mulia.
Karakter yang
dimaksudkan adalah karakter yang mulia yang diharapkan dan dapat dikembangkan
peserta didik. Dalam hal ini membangun karakter peserta didik mengarah pada
pengertian tentang mengembangkan peserta didik agar memiliki kepribadian,
prilaku, sifat, tabiat, dan watak yang selagi mulia. Karakter seprti ini
mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan kecakapan yang
memenuhi standar nilai dan norma yang dijunjung tinggi dan dipatuhi.
Peserta didik yang
memiliki karakter mulia memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang
ditandai dengan nilai-nilai yang positif dan mulia dan selalu berusaha untuk
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama lingkungan
bangsa dan negara bahkan terhadap negara Internasional pada umumnya dengan
mengoptimalkan potensi dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan
motivasinya.
C. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter
Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya
adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual,
spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan.
Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang
sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan.
Dalam
konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang amat
sentral dalam proses pendidikan. Upaya
meningkatkan profesionalisme para pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru harus
mendapatkan program-program pelatihan secara tersistem agar tetap memiliki
profesionalisme yang tinggi dan siap melakukan adopsi inovasi. Guru juga
harus mendapatkan ” Reward ” (tanda jasa),penghargaan dan
kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan jasanya, sehingga setiap inovasi
dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima dan dijalaninya dengan
baik. Di sinilah kemudian karakteristik pendidikan guru memiliki kualitas
ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik. Kualitas seorang guru
dapat diukur dari segi moralitas, bijaksana, sabar dan menguasai bahan pelajaran
ketika beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah faktor itu membuat dirinya
mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah frustasi, depresi atau
stress secara positif, dan tidak destruktif.
Dalam
karakter pendidikan guru penting sekali dikembangkan nilai-nilai etika dan
estetika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa
hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja
pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan
kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Guru harus berkomitmen untuk
mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan
nilai-nilai yang dimaksud serta mendefinisikannya dalam
bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Yang
terpenting adalah semua
komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang
konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti.
Seseorang
dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan
yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam
hidupnya. Demikian juga seorang pendidik dikatakan berkarakter, jika
memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta
digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Dengan
demikian pendidik yang berkarakter, berarti telah memiliki kepribadian yang ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran, amanah, keteladanan, ataupun
sifat-sifat lain yang harus melekat pada diri pendidik. Pendidik yang
berkarakter kuat tidak hanya memiliki kemampuan mengajar dalam arti
sempit (transfer pengetahuan /ilmu), melainkan juga harus memiliki
kemampuan mendidik dalam arti luas (keteladanan sehari-hari).
D. Metode Pembentukan Karakter dalam Pendidikan Islam
Kepercayaan akan adanya fitrah yang
baik pada diri manusia akan mempengaruhi implikasi-implikasi penerapan
metode-metode yang seharusnya diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dalam
pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan dalam pembentukan
karakter. Menurut An-nahlawy metode untuk pembentukan karakter dan menanamkan
keimanan, yaitu:
1. Metode perumpamaan
Metode ini adalah penyajian bahan pembelajaran dengan
mengangkat perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode ini mempermudah peserta
didik dalam memahami konsep yang abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu
mengambil benda konkrit seperti kelemahan orang kafir yang diumpamakan dengan
sarang laba-laba, dimana sarang laba-laba itu memang lemah sekali disentuh
dengan lidipun dapat rusak. Metode ini sama seperti yang disampaikan
olehAbdurrahman Saleh Abdullah.
2.
Metode keteladanan
Metode keteladanan, adalah memberikan teladan atau contoh
yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini
merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar
cenderung meneladani pendidiknya, ini hendaknya dilakukan oleh semua ahli
pendidikan,. dasarnya karena secara psikologis pelajar memang senang meniru,
tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga ditiru.
3.
Metode ibrah dan mau`izah
Metode Ibrah dan Mau’izah. Metode Ibrah adalah penyajian
bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap
makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan
manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan
menggunakan nalar. Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan
menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan
4. Metode Hiwar Qurani/Kitabi
Hasbi Assidiqy seperti yang dikutip oleh Wawan Susetya
mendefinisikan salat menjadi empat pengertian, pada definisi kedua ia memaknai
salat sebagai hakikat salat (dalam perspektif batin) yaitu berhadapan hati
(jiwa) kepada Allah secara yang mendatangkan takut padaNya, serta menumbuhkan
di dalam hati jiwa rasa keagungan kebesaran-Nya dan kesempurnan kekuasaan-Nya.
Makna lainya ialah: hakikat salat yaitu menzahirkan hajat dan keperluan kita
kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan perbuatan.
Bila kita pahami dalam proses shalat terdapat dialog antara
Allah dan hambaNya, seperti dalam surat Fatihah terjadi dialaog yang sangat
dalam antar hamba dan Allah SWT. Di dalam surat ini manusia memohon
perlindungan kepada Allah dari godaan sayithan, menyatakan Allah itu yang Maha
Pengasih dan Penyayang, memuji Allah sebagai penguasa mutlak alam semesta,
menyatakan bahwasanya Allah penguasa mutlak hari kiamat, manusia mengakui
kelemahannya dengan penyataan kepada-Mu kami menyembah, hanya kepadaMulah kami
meminta pertolongan, manusia memohon petunjuk kepada Allah dalam menjalani
kehidupan sebagaimana orang-orang yang Allah telah beri nikmat, dan berlindung
dari kesesatan.
Metode dialog ini begitu menyadarkan kita akan kelemahan dan
kekurangan. Dalam pendidikan seorang guru perlu melakukan dialog untuk
menegtahui perkembangan siswa dan mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat
menjadi factor penghambat belajar. Untuk itu seorang guru harus memiliki sikap
bersahabat, kasih sayang kepada peserta didik.
Nurcholis Majid pernah menyatakan lebih jauh makna salat
dalam kehidupan sehari-hari ialah mengandung ajaran berbuat amal saleh kepada
manusia dan lingkungan, sesuai pesan-pesan salat sejak takbir hingga salam.
Dari pemaparan di atas dapat kita pahami bahwa metode hiwar
(dialog) sangat efektif untuk menjalin
komunikasi dan hubungan social antara guru dan peserta didik, peserta didik
dengan peserta didik. Bila komunikasi multi arah telah terbangun maka siswa
dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tujuan pendidikan dapat terwujud.
5. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan atau dalam istilah psikologi pendidikan
dikenal dengan istilah operan conditioning. Siswa diajarkan untuk membiasakan
berprilaku terpuji, giat belajar, bekerja keras, berrtanggung jawab atas setiap
tugas yang telah diberikan.Salat dilakukan 5 kali sehari semalam ialah
membiasakan umat manusia untuk hidup bersih dengan symbol wudhu, disiplin waktu
dengan ditandai azan disetiap waktu salat, bertanggung jawab dengan simbol
pengakuan di dalam bacaan doa iftitah "sesungguhnya salatku, ibadahku,
hidup dan matiku untuk Allah", doa ini memberikan isyarat berupa tanggung
jawab atas anugrah yang Allah telah berikan. Pada saat ruku dan sujud umat
muslim diajarkan untuk bersikap rendah hati. Sikap rendah hati inilah merupakan
awal kemulian seseorang. Di dalam hadits Qudsi Allah berfirman:
"tidaklah aku menerima salat setiap orang, Aku menerima
slat dari orang yang merendah demi ketinggianku, berkhusyuk demi keagunganku,
mencegah nafsunya demi larangku, melewatkan siang dan malam dalam mengingatku,
tidak terus menerus dalam pembangkanagan terhadapku, tidak bersikap angkuh
terhadap mahlukku, dan selalu mengasihani yang lemah dan menghibur orang miskin
demi keridhoanku. Bila ia memanggilku, aku akan memberinya. Bila ia bersumpah
dengan namaku aku akan membuatnya mampu memenuhinya. Akan aku jaga ia dengan
kekuatanku dan kubanggakan dia diantara malaikatku. Seandainya aku bagi-bagikan
nurnya untuk seluruh penghuni bumi, niscaya akan cukp bagi mereka.
Perumpamaannya seperti surga firdaus, bebuahannya tidak akan rusak dan
kenikmatannya tidak akan sirna" (H.R.
Muslim).
Dari matan hadis ini dapat dipahami bahwa, pelaksanaan salat
tidak hanya sekedar melaksanakan kewajiban pada waktu-waktu salat, melainkan
tetap memaknai salat sepanjang aktivitas sehari-hari.
Imam fachrurrazi menjelaskan kata shalatihim daaimuun
ialah orang-orang yang menjaga salat dengan menunaikannya diwaktunya
masing-masing dan memperhatikan hal-hal yang terkait dengan kesempurnaan salat.
Hal-hal tersebut baik yang dilakukan sebelum salat dan setelah salat.
Metode pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam
proses pembentukan karakter, bila seorang anak telah terbiasa dengan
sifat-sifat terpuji, impuls-impuls positif menuju neokortek lalu tersimpan
dalam system limbic otak sehingga aktivitas yang dilakukan oleh siswa tercover secara positif. Untuk itu
pihak penyelenggara sekolah sepantasnya menyediakan ruangan dan waktu untuk
siswa melaksanakan salat secara berjamaah. Dengan melaksanakan salat berjama`ah
minimal Zuhur dan Ashar karena kedua waktu sholat ini masih dalam waktu pembelajaran,
atau shalat Duha, siswa siswi dididik beradaptasi dengan lingkungan sosialnya,
pada saat salat berjama`ah mereka dapat belajar bagaimana berkata yang baik,
bersikap sopan dan santun, menghargai saudaranya sesama muslim, dan terjalinnya
tali persaudaraaan. Bila susasana seperti ini telah dibiasakan mereka lakukan
kemungkinan tidak akan gagap menghadapi persoalan kehidupan di masyarakat.
Bahkan mereka dapat menjadi tauladan bagi masyarakatnya.
6. Metode Targib dan Tarhib
Metode ini dalam teori metode belajar modern dikenal dengan
reward dan funisment. Yaitu suatu metode dimana hadiah dan hukuman menjadi
konsekuensi dari aktivitas belajar siswa, bila siswa dapat mencerminkan sikap
yang baik maka ia berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan hukuman
ketika ia tidak dapat dengan baik menjalankan tugasnya sebagai siswa.
Begitu pula halnya salat, saat seorang melakukan salat
dengan baik dan mampu ia implementasikan dalam kehidupan sehari-hari maka ia
mendapatkan kebaikan baik dari Allah dan
masyarakat sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka hadis riwayat Muslim
"surga firdaus untuk orang-orang yang dapat mengamalkan salat dengan baik
dan benar". Sebaliknya bagi mereka yang melalaikan dan tidak melakasanakan
salat neraka weil dan Saqor baginya.
Metode reward dan funishment ini menjadi motivasi eksternal
bagi siswa dalam proses belajar. Sebab, khususnya anak-anak dan remaja awal
ketika disuguhkan hadiah untuk yang dapat belajar dengan baik dan ancaman bagi
mereka yang tidak disiplin, mayoritas siswa termotivasi belajar dan bersikap
disiplin. Hal ini bisa terjadi karena secara psikologi manusia memiliki
kecenderungan untuk berbuat baik dan mendapatkan balasan dari perbuatan
baiknya.
D. Kesimpulan
1. Dalam pendidikan karakter ini, segala sesuatu yang dilakukan
guru harus mampu mempengaruhi karakter peserta didik sebagai pembentuk watak
peserta didik, guru harus menunjukan keteladanan
2. Karakter Peserta didik yang diharapkan yaitu memiliki
karakter mulia memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai
dengan nilai-nilai yang positif dan mulia dan selalu berusaha untuk melakukan
hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama lingkungan bangsa dan
negara bahkan terhadap negara Internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan
potensi dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya.
3. Dalam pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan
digunakan dalam pembentukan karakter. Menurut An-nahlawy metode untuk
pembentukan karakter dan menanamkan keimanan di antara metode perumpamaan, metode keteladanan, metode kebiasaan, metode
ibrah mau’izah, metode hiwar qurani/kitabi dan metode targid dan tarhib.
Daftar Bacaan
A.N, Firdaus 325 Hadis Qudsi
Pilihan, Jakarta : CV. Pedoman Ilmu, 1990
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Madjid Nurcholish, 30 Sajian Ruhani, bandung: Mizan
2001
M. Furqon Hidayatullah. 2010. Guru Sejati:
Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka
Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,
Bandung : Rosda Karya,
Wawan Susetya, Sebuah Kerinduan Salat Khusyuk,Yogyakarta
: Tugu Publisher
PERJALANAN MENEMUKAN JATI DIRI
BY: UKKI UNSOED TEAM
BERISLAM DALAM ”KETERBATASAN” YANG KITA MILIKI
Alloh SWT berfirman : ” Bertaqwalah kepada Alloh menurut ukuran kemampuanmu ” (QS. At-Taghabun:16).
Ini berarti bahwa Alloh mengetahui keterbatasan kita sebagai manusia dan dalam keterbatasan itulah Ia ingin kita berislam. Nabi Muhammad SAW bersabda, ” Alloh merahmatti seseorang yang menegtahui kadar kemampuan dirinya. ” Dengan menegtahui kadar kemampuan diri sendiri, kita bisa memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan.
Perintah-perintah dalam Islam begitu banyak , seperti menuntut ilmu, beribadah, ibadah mahdhah, belajar, berjihad dan sebagainya. Tidak semua perintah dapat kita lakuakan dengan cara yang expert, sempurna. Oleh karena itu di surga disediakan banyak pintu, salah satunya adalah pintu ibadah shalat, zakat, haji, dan seterusnya. Dan karena batas kemampuan itulah mengharuskan kita untuk memilih fokus tertentu dalam kehidupan kita.
Dalam suatu dialog antara Abu Bakar dan Rasulullah, Beliau mengatakan bahwa sesungguhnya di suraga itu ada banyak pintu dan setiap orang nanti ada yang msuk melalui pintu shalat, puasa dan sebagainya. Kemudian Abu Bakar bertanya, ”Adakah orang yang masuk melalui semua pintu itu?” Rasulullah menjawab, ”Ada, dan aku berharap kamu adalah salah seorang di antaranya.”
Jadi setiap manusia memiliki 2 ciri keterbatasan :
1.Sifat parsial (artinya kita tidak bisa memiliki/menguasai segala bidang)
2.Dalam lingkar yang sangat parsial itu kemampuan kita juga terbatas. Misalnya dalam bidang kedokteran, kita memiliki kelebihan dibanding lainnya, namun kita pun tetap saja terbats dalam penguasaan bidang kedokteran itu.
Dalam konteks keterbatasan itulah Alloh mengatakan dalam QS.Al Baqarah 2:286, ” Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya,” Hanya saja ibadah-ibadah yang sudah tetap waktu dan kapasitasnya seperti shalat lima waktu, Alloh telah mengukur kemampuan manusia dan pada dasarnya manusia memang sanggup melakukannya. Sebab semua perintah yang sifatnya wajib khususnya fardhu ’ain dan waktunya sudah ditentukan, dalam perhitungan Alloh pasti manusia bisa melakukannya. Oleh karena iru perintah-perintah dibuat dalam urutan-urutannya.
Sabda Rasululloh di atas berguna bagi kita untuk :
1.Menentukan fokus-fokus nilai Islam yang akan diperkuat
2.Memahami diri kita dan membantu dalam menentukan posisi kehidupan sosial.
Kesalahan orang dalam bergaul adalah karena ketidakmampuan dalam memposiskan dirinya dalam kehidupan sosial. Ini merupakan kesalahan umum. Jadi dengan demikian memahami keterbatasan diri adalah bagian dari perintah Islam.
Kesan yang ada selama ini dalam benak orang-orang muslim adalah semua urusan pengembangan diri adalah urusan psikologi dan sekolah pengembangan diri. Padahal, justru Islam sangat menganjurkan dan menekankan masalah ini pada awlnya. Karena itu ada yang menarik pada sejarah Islam. Umar memiliki fisik yang besar, jago berkelahi dan perang, tetapi tidak pernah sekalipun ditunjuk menjadi pemimpin perang. Usamah yang berusia 16 tahun pernah ditugaskan memimpin perang. Mengapa? Karena Umar tidak hanya bisa memimpin pasukan perang tapi juga negara, dan untuk itulah ia disiapkan.
Jadi orang yang memiliki kualiatas A jangan diberi tugas B. Jika kita memilki kualitas B, yang akan dipertanggungjawabkan kepada Alloh adalah apakah kita benar-benar mencapai kualitas B itu dengan baik? Alloh tidak akan menuntut kita untuk mencapai kualitas A. Tetapi jika kita mempunyai kualitas A, tapi hasilnya B, maka selisih A dan B hasilnya dosa. Dan masalahnya sekarang adlah bagaimana mengetahui bahwa ada selisih antara kualitas A dan B?
KONSEP DIRI MUSLIM
Kepribadian kita sebagai wadah dan konsep islamlah yang mengisinya.
Mengapa kita perlu mengenal konsep diri? Lihat kembali ayat QS. At-Taghabun :16. Di sana terbukti bahwa potensi manusia itu terbatas, dan kita harus berislam dalam keterbatasan itu. Kemudian Rasulullah SAW juga telah mengeluarkan sabdanya di atas. Artinya konsep diri akan membantu kita dalam memposisikan dalam kehidupan sosial. Konsep diri juga membantu kita untuk bersifat tawadhu. Tawadhu berarti kemampuan memposisikan diri sewajarnya. Bukan berarti tawadhu itu bahwa kita tidak memilki apa-apa. Konsep diri juga merupakan salah satu langkah untuk menyerap Islam ke dalam diri. Ada 3 langkah dalam menyerap Islam, yaitu :
a.Memiliki konsep diri yang jelas
b.Memahami Islam sebagai pengisi wadah tersebut
c.Melakukan pengadaptasian antara konsep diri dengan konsep Islam.
Menurut Ibnul Qayyim ada 2 pengetahuan terpenting dalam pengenalan diri yaitu : Ma’rifatullah dan Ma’rifatunnafs. Maksudnya, mengetahui Alloh berarti menegatahui tujuan hidup; mengetahui diri sendiri berarti mengantar bagaimana sampai ke tujuan.
TINGKATAN KONSEP DIRI
1.Aku Diri : Aku seperti yang aku pahami
Itu adalah cara kita mempersepsi diri. Setiap kita memiliki pemahaman seperti itu adanya. Ada pemahaman yang terbentuk secara tidak sadar, tetapi setiap kita mengetahui bahwa kita itu seperti yang kita pahami.
2.Aku Sosial : Aku seperti yang dipahami o leh orang lain yang ada di sekitar aku
Cara orang memahami kita juga mempengaruhi diri sendiri. Contohnya, ada seorang anak usia 2 tahun yang sedang balajar menghafal kata, mengucapkannya, dan meniru-nirukannya. Anak belajar dengan cara trial and error. Akan tetapi cara anak memperbaiki kesalahannya selalu dipengaruhi komentar orang-orang di sekelilingnya (ada yang menertwakan, memperbaiki, memarahinya dll). Perlakuan seperti ini akan mempengaruhi perkembangan anak dan secara perlahan-lahan akan emempengaruhi persepsi anak tentang dirinya.
3.Aku Ideal :Aku yang aku inginkan
Ada orang yang begitu kuat keyakinan tentang aku idealnya. Aku idealnya yang tidak memiliki korelasi yang kuat dengan aku diri disebut sebagai pemimpi. Contohnya, Ada seorang teman yang lamarannya berkali-kali ditolak. Alasannya sederhana, mungkin pihak perempuannya tidak senang dengan dia. Tetapi dia ngotot bahwa jika ia akan menikah maka keempat kriteria mesti ada. Akhirnya sampai sekarang dia belum menikah.
Kadang-kadang orang memiliki sofat yang terlalu ideal karena tidak mendasari aku idealnya dengan aku dirinya. Atau karena tidak mengetahui subjek apa yang ada dalam aku diri ini untuk di-upgrade menjadi aku ideal. Ada juaga orang yang hanya punya aku diri, tidak punya aku ideal. Saya adalah saya, ya begini saja....., saya hanya ingin jadi orang biasa-biasa saja. Akhirnya jadilah ia orang yang biasa-biasa saja.
Kumulasi dari ketiga itulah yang membentuk cara kita memahami diri. Ada orang yang kuat aku dirinya atau kuat aku sosialnya. Islam mengajari prinsip keseimbangan. Jadi yang menentukan adalah model manusia muslim yang kita inginkan sebagai aku idealnya.
Boleh jadi orang under estimate kepada kita sehingga muncul perlakuan yang menonjol, agak sok dari orang itu terhadap kita. Boleh jadi orang over estimate tentang kita, menyangka kita lebih banyak memiliki, lebih baik dari dia. Sehingga muncul sikap melebih-lebihkan kita.
Oleh karena itu kita bisa salah mengenali diri kita dan kita pun bisa salah mengenali orang lain. Di sini dikenal satu prinsip bahwa proses pengenalan diri kita berlangsung secara perlahan-lahan, tidak ada orang yang mengetahui dirinya sekaligus sempurna. Ini karena konsep diri merupakan proses yang fluktuatif dan berubah-ubah. Misalnya ingin mengetahui apakah kita cerdas atau tidak. Kita tidak bisa membuktikan kecerdasan semata-mata dengan IP tinggi. Sebab para ahli mengatakan bahwa hubungan kecerdasan dengan hasil hanya 0,4 %.
Jadi proses pengenalan diri seseorang tidak terjadi secara sekaligus tetapi perlahan-lahan. Untuk itulah dalam proses yang bertahap itu dibutuhkan kesadaran yang berkesinambungan dan proses analisa diri yang terus berlanjut.
STANDARDISASI
Aku diri dan aku sosial adalah variabel, sedangkan standarnya adalah nilai Islam. Ini harus dijadikan standar dan yang membimbing diri kita. Oleh karena itu tingkatan diri yang paling ideal adalah saat pengaptasian antara diri kita dengan nilai itu semakin klop. Itu yang harus kita usahakan.
Aku diri : pemahaman diri yang efeknya memberikan ketenangan karena kita memahami diri kita.
Aku sosial : memberikan rasa penerimaan, apakah kita diterima dalam kehidupan sosial atau tidak.
Aku ideal : bagaimana kita menjadi benar
Kadang ketika kita melakukan sebuah nilai Islam, kita tidak diterima secara sosial. Ini bukan satu kesalahan yang perlu membuat kita minder. Contohnya saat mulai berjilbab, orang–orang sekitar mempersepsikannya sebagai sebuah keterbelakangan. Tetapi setelah banyak wanita berjilbab berprestasi tinggi di suatu instansi, perlahan-lahan persepsi itu hilang. Oleh karena itu selalu ada tarik-menarik antara aku diri dan aku sosial. Jika kita terlalu kuat pada aku sosial, kita dapat menjadi penjilat. Bila kita terlalu kuat pada aku diri, kita akan sulit bekerja sama. Yang membuat kedua-duanya seimbang adalah aku ideal.
Dengan mengetahui konsep diri yang jelas kita akan mengetahui secara terokus apa yang dapat kita kontribusikan. Dengan konsep diri kita akan mengetahui sejauh mana kita mempunyai arah atau tidak.
Referensi :
Panduan Pembinaan Generasi Muda Muslim, LP2i
Model Manusia Muslim Pesona Abad ke-21, H.M. Anis Matta, Lc.
Modul ”Life Quality Development Training”, Ust.Anis Matta, Lc.
BERISLAM DALAM ”KETERBATASAN” YANG KITA MILIKI
Alloh SWT berfirman : ” Bertaqwalah kepada Alloh menurut ukuran kemampuanmu ” (QS. At-Taghabun:16).
Ini berarti bahwa Alloh mengetahui keterbatasan kita sebagai manusia dan dalam keterbatasan itulah Ia ingin kita berislam. Nabi Muhammad SAW bersabda, ” Alloh merahmatti seseorang yang menegtahui kadar kemampuan dirinya. ” Dengan menegtahui kadar kemampuan diri sendiri, kita bisa memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan.
Perintah-perintah dalam Islam begitu banyak , seperti menuntut ilmu, beribadah, ibadah mahdhah, belajar, berjihad dan sebagainya. Tidak semua perintah dapat kita lakuakan dengan cara yang expert, sempurna. Oleh karena itu di surga disediakan banyak pintu, salah satunya adalah pintu ibadah shalat, zakat, haji, dan seterusnya. Dan karena batas kemampuan itulah mengharuskan kita untuk memilih fokus tertentu dalam kehidupan kita.
Dalam suatu dialog antara Abu Bakar dan Rasulullah, Beliau mengatakan bahwa sesungguhnya di suraga itu ada banyak pintu dan setiap orang nanti ada yang msuk melalui pintu shalat, puasa dan sebagainya. Kemudian Abu Bakar bertanya, ”Adakah orang yang masuk melalui semua pintu itu?” Rasulullah menjawab, ”Ada, dan aku berharap kamu adalah salah seorang di antaranya.”
Jadi setiap manusia memiliki 2 ciri keterbatasan :
1.Sifat parsial (artinya kita tidak bisa memiliki/menguasai segala bidang)
2.Dalam lingkar yang sangat parsial itu kemampuan kita juga terbatas. Misalnya dalam bidang kedokteran, kita memiliki kelebihan dibanding lainnya, namun kita pun tetap saja terbats dalam penguasaan bidang kedokteran itu.
Dalam konteks keterbatasan itulah Alloh mengatakan dalam QS.Al Baqarah 2:286, ” Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya,” Hanya saja ibadah-ibadah yang sudah tetap waktu dan kapasitasnya seperti shalat lima waktu, Alloh telah mengukur kemampuan manusia dan pada dasarnya manusia memang sanggup melakukannya. Sebab semua perintah yang sifatnya wajib khususnya fardhu ’ain dan waktunya sudah ditentukan, dalam perhitungan Alloh pasti manusia bisa melakukannya. Oleh karena iru perintah-perintah dibuat dalam urutan-urutannya.
Sabda Rasululloh di atas berguna bagi kita untuk :
1.Menentukan fokus-fokus nilai Islam yang akan diperkuat
2.Memahami diri kita dan membantu dalam menentukan posisi kehidupan sosial.
Kesalahan orang dalam bergaul adalah karena ketidakmampuan dalam memposiskan dirinya dalam kehidupan sosial. Ini merupakan kesalahan umum. Jadi dengan demikian memahami keterbatasan diri adalah bagian dari perintah Islam.
Kesan yang ada selama ini dalam benak orang-orang muslim adalah semua urusan pengembangan diri adalah urusan psikologi dan sekolah pengembangan diri. Padahal, justru Islam sangat menganjurkan dan menekankan masalah ini pada awlnya. Karena itu ada yang menarik pada sejarah Islam. Umar memiliki fisik yang besar, jago berkelahi dan perang, tetapi tidak pernah sekalipun ditunjuk menjadi pemimpin perang. Usamah yang berusia 16 tahun pernah ditugaskan memimpin perang. Mengapa? Karena Umar tidak hanya bisa memimpin pasukan perang tapi juga negara, dan untuk itulah ia disiapkan.
Jadi orang yang memiliki kualiatas A jangan diberi tugas B. Jika kita memilki kualitas B, yang akan dipertanggungjawabkan kepada Alloh adalah apakah kita benar-benar mencapai kualitas B itu dengan baik? Alloh tidak akan menuntut kita untuk mencapai kualitas A. Tetapi jika kita mempunyai kualitas A, tapi hasilnya B, maka selisih A dan B hasilnya dosa. Dan masalahnya sekarang adlah bagaimana mengetahui bahwa ada selisih antara kualitas A dan B?
KONSEP DIRI MUSLIM
Kepribadian kita sebagai wadah dan konsep islamlah yang mengisinya.
Mengapa kita perlu mengenal konsep diri? Lihat kembali ayat QS. At-Taghabun :16. Di sana terbukti bahwa potensi manusia itu terbatas, dan kita harus berislam dalam keterbatasan itu. Kemudian Rasulullah SAW juga telah mengeluarkan sabdanya di atas. Artinya konsep diri akan membantu kita dalam memposisikan dalam kehidupan sosial. Konsep diri juga membantu kita untuk bersifat tawadhu. Tawadhu berarti kemampuan memposisikan diri sewajarnya. Bukan berarti tawadhu itu bahwa kita tidak memilki apa-apa. Konsep diri juga merupakan salah satu langkah untuk menyerap Islam ke dalam diri. Ada 3 langkah dalam menyerap Islam, yaitu :
a.Memiliki konsep diri yang jelas
b.Memahami Islam sebagai pengisi wadah tersebut
c.Melakukan pengadaptasian antara konsep diri dengan konsep Islam.
Menurut Ibnul Qayyim ada 2 pengetahuan terpenting dalam pengenalan diri yaitu : Ma’rifatullah dan Ma’rifatunnafs. Maksudnya, mengetahui Alloh berarti menegatahui tujuan hidup; mengetahui diri sendiri berarti mengantar bagaimana sampai ke tujuan.
TINGKATAN KONSEP DIRI
1.Aku Diri : Aku seperti yang aku pahami
Itu adalah cara kita mempersepsi diri. Setiap kita memiliki pemahaman seperti itu adanya. Ada pemahaman yang terbentuk secara tidak sadar, tetapi setiap kita mengetahui bahwa kita itu seperti yang kita pahami.
2.Aku Sosial : Aku seperti yang dipahami o leh orang lain yang ada di sekitar aku
Cara orang memahami kita juga mempengaruhi diri sendiri. Contohnya, ada seorang anak usia 2 tahun yang sedang balajar menghafal kata, mengucapkannya, dan meniru-nirukannya. Anak belajar dengan cara trial and error. Akan tetapi cara anak memperbaiki kesalahannya selalu dipengaruhi komentar orang-orang di sekelilingnya (ada yang menertwakan, memperbaiki, memarahinya dll). Perlakuan seperti ini akan mempengaruhi perkembangan anak dan secara perlahan-lahan akan emempengaruhi persepsi anak tentang dirinya.
3.Aku Ideal :Aku yang aku inginkan
Ada orang yang begitu kuat keyakinan tentang aku idealnya. Aku idealnya yang tidak memiliki korelasi yang kuat dengan aku diri disebut sebagai pemimpi. Contohnya, Ada seorang teman yang lamarannya berkali-kali ditolak. Alasannya sederhana, mungkin pihak perempuannya tidak senang dengan dia. Tetapi dia ngotot bahwa jika ia akan menikah maka keempat kriteria mesti ada. Akhirnya sampai sekarang dia belum menikah.
Kadang-kadang orang memiliki sofat yang terlalu ideal karena tidak mendasari aku idealnya dengan aku dirinya. Atau karena tidak mengetahui subjek apa yang ada dalam aku diri ini untuk di-upgrade menjadi aku ideal. Ada juaga orang yang hanya punya aku diri, tidak punya aku ideal. Saya adalah saya, ya begini saja....., saya hanya ingin jadi orang biasa-biasa saja. Akhirnya jadilah ia orang yang biasa-biasa saja.
Kumulasi dari ketiga itulah yang membentuk cara kita memahami diri. Ada orang yang kuat aku dirinya atau kuat aku sosialnya. Islam mengajari prinsip keseimbangan. Jadi yang menentukan adalah model manusia muslim yang kita inginkan sebagai aku idealnya.
Boleh jadi orang under estimate kepada kita sehingga muncul perlakuan yang menonjol, agak sok dari orang itu terhadap kita. Boleh jadi orang over estimate tentang kita, menyangka kita lebih banyak memiliki, lebih baik dari dia. Sehingga muncul sikap melebih-lebihkan kita.
Oleh karena itu kita bisa salah mengenali diri kita dan kita pun bisa salah mengenali orang lain. Di sini dikenal satu prinsip bahwa proses pengenalan diri kita berlangsung secara perlahan-lahan, tidak ada orang yang mengetahui dirinya sekaligus sempurna. Ini karena konsep diri merupakan proses yang fluktuatif dan berubah-ubah. Misalnya ingin mengetahui apakah kita cerdas atau tidak. Kita tidak bisa membuktikan kecerdasan semata-mata dengan IP tinggi. Sebab para ahli mengatakan bahwa hubungan kecerdasan dengan hasil hanya 0,4 %.
Jadi proses pengenalan diri seseorang tidak terjadi secara sekaligus tetapi perlahan-lahan. Untuk itulah dalam proses yang bertahap itu dibutuhkan kesadaran yang berkesinambungan dan proses analisa diri yang terus berlanjut.
STANDARDISASI
Aku diri dan aku sosial adalah variabel, sedangkan standarnya adalah nilai Islam. Ini harus dijadikan standar dan yang membimbing diri kita. Oleh karena itu tingkatan diri yang paling ideal adalah saat pengaptasian antara diri kita dengan nilai itu semakin klop. Itu yang harus kita usahakan.
Aku diri : pemahaman diri yang efeknya memberikan ketenangan karena kita memahami diri kita.
Aku sosial : memberikan rasa penerimaan, apakah kita diterima dalam kehidupan sosial atau tidak.
Aku ideal : bagaimana kita menjadi benar
Kadang ketika kita melakukan sebuah nilai Islam, kita tidak diterima secara sosial. Ini bukan satu kesalahan yang perlu membuat kita minder. Contohnya saat mulai berjilbab, orang–orang sekitar mempersepsikannya sebagai sebuah keterbelakangan. Tetapi setelah banyak wanita berjilbab berprestasi tinggi di suatu instansi, perlahan-lahan persepsi itu hilang. Oleh karena itu selalu ada tarik-menarik antara aku diri dan aku sosial. Jika kita terlalu kuat pada aku sosial, kita dapat menjadi penjilat. Bila kita terlalu kuat pada aku diri, kita akan sulit bekerja sama. Yang membuat kedua-duanya seimbang adalah aku ideal.
Dengan mengetahui konsep diri yang jelas kita akan mengetahui secara terokus apa yang dapat kita kontribusikan. Dengan konsep diri kita akan mengetahui sejauh mana kita mempunyai arah atau tidak.
Referensi :
Panduan Pembinaan Generasi Muda Muslim, LP2i
Model Manusia Muslim Pesona Abad ke-21, H.M. Anis Matta, Lc.
Modul ”Life Quality Development Training”, Ust.Anis Matta, Lc.
DIENUL ISLAM
BY : UKKI UNSOED TEAM
Manusia secara fitrah tidak akan puas dengan ilmu dan pengetahuan, tidak akan kenyang dengan seni dan sastra, serta tidak akan terpenuhi kekosongan jiwanya dengan perhiasan dan kesenangan. Ia akan senantiasa bimbang karena kelaparan rohani da kehausan fitrah.
Alloh SWT. Dzat yang telah menciptakan alam dengan segala isinya Maha Mengetahui akan segala kebutuhan manusia. Maka Alloh SWT menurunkan Islam sebagai agama fitrah yang akan menentramkan dan mensejahterakan seluruh manusia. Sebagaimana firman-Nya dalam QS Ar-Ruum : 30.
Islam adalah agama Alloh yang diberi nama langsung oleh-Nya. Pada umumnya nama agama disandarkan pada pendiri agama tersebut atau kepada kaum tempat agama tersebut lahir.
Namun Islam adalah agama samawi (langit) yang langsung dari Alloh bahkan namanya pun juga dari Alloh SWT. :
“Sesungguhnya agama yang diridhoi Alloh hanyalah Islam” (Q.S. Ali Imran :19)
PENGERTIAN
Makna Secara Bahasa (Lughawi)
Islam adalah nama dari suatu sistem hidup yang telah diturunkan oleh Alloh melalui Rasul-Nya. Alloh telah ridho bahwa Islam ini sebagai pedoman hidup manusia. Sebagaimana termaktub dalam firman-Nya :
“….dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agamamu.” (Q.S.Al-Maidah :3)
Ditinjau dari akar katanya, Islam berasal dari kata aslama. Di dalam Al-Quran kata tersebut digunakan dengan beberapa perubahan, yakni :
Aslama berarti menyerahkan diri (Ali Imron :83)
IstIslama-taslima-mutaslimun berarti penyerahan total (An-Nisa:65)
Saliim berarti bersih, suci (Asy-Syu’ara:89)
Salaam berarti kesejahteraan (Az-Zumar : 73)
Salam yang berarti damai (Muhammad : 35)
Makna Secara Istilah
Definisi Islam secara istilah adalah ketundukan (khudu’) kepada wahyu Ilahi (53:4, 21:7) yang diturunkan kepada para nabi dan rasul (2:136, 3:84) khususnya Muhammad SAW, sebagai hukum Alloh (5:48-50) yang membimbing umat manusia ke jalan yang lurus (6:153) menuju kebahagiaan dunia akhirat (16:97, 2:200, 28:77).
KARAKTERISTIK ISLAM
Agama Islam memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan ajaran llain. Karakteristik inilah yang menjadikan Islam sebagai ajaran hidup yang paling tinggi di sisi Alloh di atas semua ajaran hidup buatan manusia yang ada di muka bumi. Hal ini ditegaskan Rasululloh SAW, bahwa Islam tinggi dan tidak ada lagi yang lebih tinggi daripadanya.
Karakteristik yang dimaksud meliputi :
1.Rabbaniyah
Kata “Rabbani” menunjukkan kedekatan yang sangat kuat dengan Rabbul Izzati, yakni Alloh. Yang dimaksud Rabbaniyah meliputi 2 hal :
Rabbaniyah Al-Masdar
(Rabbaniyah dalam sumber ajaran)
Dalam agama selain Islam, biasanya nama agama tersebut dinisbatkan kepada nama penyerunya atau nama daerah asal kemunculannya. Misalnya Budha, yang diambil dari nama pencetusnya yaitu Budha Gautama, Kristen dari Yesus Kristus, atau umat Islam menyebutnya Nasrani karena yesus lahir dari daerah Nazaret.
Orang-orang Barat menyebut Islam dengan Muhammadisme. Mereka mengatakan Islam adalah ajaran dari Muhammad. Padahal Alloh menegaskan dalam Al-Quran surat An-Najm:1-4.
Jelaslah bahwa ajaran Islam bersih dari unsur campur tangan manusia. Islam murni datang dari Alloh SWT. Bahkan nama “Islam” adalah nama yang berasal dari Alloh SWT, bukan dari manusia.
Sudah merupakan “rekayasa Ilahi” bahwa Rasulullah SAW, adalah orang yang ummi, yang tidak dapat menulis dan membaca, karena beliau memang tidak pernah berguru kepada siapa pun. Sehingga tidak mungkin Nabi Muhammad dapat membuat sebuah ajaran hidup yang demikian tinggi, yang diakui oleh umat Islam maupun orang-orang di luar Islam.
Selain sumber ajaran Islam hanya dari Alloh SWT, metode (manhaj) untuk menerapkan ajaran tersebut juga ditetapkan oleh Alloh. Sehingga metode untuk melaksanakan Islam bukanlah sebuah rekayasa yang dipengaruhi oleh fajtor individu, keluarga, golongan, ataupun bangsa.
Rabbaniyah Al-Ghayah
(Rabbaniyah dalam Tujuan)
Dalam Islam, tujuan akhir dari semua peribadatan adalah Alloh SWT. Dalam ajarannya ada ketentuan tentang halal, haram, wajib, sunah, mubah, dan sebagainya. Itu semua dalam rangka agar manusia mendapat keridhaan Ilahi dengan berbuat taat kepada-Nya.
Dalam ajaran Islam terdapat tujuan-tujuan antara yang bersifat social humanity, misalnya puasa agar sehat, bekerja keras agar berhasil. Namun di atas semua itu, tujuan akhirnya adalah agar manusia dalam mengarungi kehidupan ini selalu dalam naungan ridha Ilahi.
2.Insaniyah (Kemanusiaan)
“ Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada seluruh manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Saba : 28)
Islam memiliki masdar yang rabbani, yaitu dari Alloh, pencipta alam semesta. Alloh SWT Maha Mengetahui tentang ciptaan-Nya, sehingga Islam yang Alloh turunkan di muka bumi sebagai aturan hidup bagi manusia merupakan pedoman hidup untuk meraih kemuliaan, kebaikan, dan keselamatan dunia akhirat. Semua ajaran Islam dapat dilaksanakan oleh manusia, karena dienul Islam diturunkan oleh Alloh SWT sesuai dengan fitrah dan kemampuan manusia.
Alloh juga telah mengangkat rasul dari kalangan manusia biasa, yang tidak ada kelebihan mereka atas manusia yang lain kecuali karena mereka memperoleh wahyu dari Alloh SWT. Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak dapat melaksanakan ajaran Islam. Dalam hal ini Alloh SWT memang sengaja mengangkat Nabi yang membawa risalah Islam dari kalangan manusia biasa (bukan dari malaikat yang suci dari dosa dan hawa nafsu). Hal ini menunjukkan bahwa Islam dapat dilaksanakan oleh semua manusia yang sarat dengan potensi takwa dan dosa dalam dirinya.
Sehubungan dengan ini Sayid Qutub mengatakan bahwa Islam adalah konsep yang relistis, bukan konsep yang rasional semata ataupun idealisme tanpa wujud, sehingga Islam tidak dapat diraih oleh semua manusia. Semua konsep dalam Islam sesuai dengan realitas manusia dengan segala potensi kelebihan dan kelemahan yang dimilki manusia. Tujuan dari ibadah dalam Islam adalah keridhaan Alloh SWT, yang itu juga berarti kebahagiaan hidup manusia dunia dan akhirat.
3.Syumuliyah
Islam berasal dari Alloh yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu, yang lahir dan yang batin, yang di langit dan yang di bumi, serta seluruh sisi yang menyangkut kehidupan manusia. Islam yang datangnya dari sisi Alloh meliputi itu semua.
Imam Hasan Al Banna mengatakan :
“ Islam adalah risalah yang terbentang luas, sehingga meliputi seluruh abad sepanjang zaman, terbentang luas meliputi semua cakrawala umat, dan begitu mendetail sehingga memuat seluruh urusan dunia dan akhirat.”
Keuniversalan Islam menjadikan Islam sebagai pedoman hidup bagi manusia yang tidak dibatasi oleh waktu, ruang dan tempat. Islam tetap up to date sepanjang zaman. Firman Alloh SWT : (Al-Anbiya :107).
Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia, dari akidah yang merupakan fondasi bangunan Islam hingga siyasah (politik). Islam mengajarkan tentang bagaimana menjadi mahasiswa, dosen, guru, politikus, dokter, wartawan, advokat, petani, pedagang, dan karyawan yang Islami, menekuni apa saja profesinya sebagaimana yang telah digariskan dalam Islam.
4.Al-Wasthiyyah (Moderat) dan Tawazun (Seimbang)
Moderat dan seimbang adalah karakteristik Islam yang memungkinkan manusia dapat melaksanakan ajaran Islam dalam kondisi bagaimanapun.
Manusia adalah makhluk Alloh yang tersusun dari unsur samawi (langit) yaitu ruh yang cenderung kepada kebaikan, dan unsur ardhi (bumi) yaitu syahwat yang cenderung kepada dosa. Islam memperhatikan kedua unsur tersebut, yaitu dengan mengarahkan dan menyalurkannya sehingga membawa mereka menuju keridhaan Ilahi.
Islam memberikan perintah dan larangan, namun disitu ada rukhsah (keringanan) pada kondisi-kondisi tertentu yang secara fitrah manusia tidak dapat melaksanakannya. Islam mewajibkan puasa Ramadhan, namun ada keringanan bagi para musafir untuk mengganti puasanya di bulan yang lain.
Dalam fiqih Islam terdapat beberapa perbedaan para ulama. Ibrah (pelajaran) yang bisa dipetik dari ini adalah bahwa hukum Islam dapat diterapkan baik dalam kondisi yang ideal maupun darurat.
Islam melarang umatnya hanya mementingkan kebutuhan ruh saja dengan mengesampingkan kebutuhan jasadnya. Rasulullah melarang umatnya mengkhatamkan Al-Quran dalam waktu kurang dari 3 hari, karena hal itu berarti melupakan kepentingan jasadnya. Padahal jasad yang sehat merupakan nikmat Alloh yang mesti disyukuri dengan merawat dan memanfaatkannya. Sebaliknya Islam melaknati orang yang hanya mementingkan kebutuhan jasadnya saja, sedangkan ruhnya dibiarkan kosong sehingga dihuni oleh setan.
5.Al-Wudhuh (Jelas)
Tujuan dienul Islam secara umum adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliah kepada cahaya Islam yang terang benderang. Seperti disebutkan dalam Q.S. Ibrahim :1 .
Ajaran Islam adalah suara yang jelas baik sumbernya, metodenya, maupun tujuannya. Sehingga ini cukuplah bagi tiap Muslim apa-apa yang telah datang kepada meraka dari Al-Quran dan Al-Hadits.
Islam telah secara jelas menguraikan tentang akidah, ibadah, akhlaq dan sebagainya. Bahkan sampai hal-hal kecil dalam kehidupan manusia, seperti adab bertamu, masuk kamar mandi, dan sebagaianya.
Dengan kejelasan ini akan menghilangkan keragu-raguan manusia dalam beribadah dan menempuh kehidupan ini secara Islami. Mengapa saya Islam, bagaimana cara berIslam, dan apa tujuannya, adalah pertanyaan yang harus telah terjawab dengan baik dalam diri setiap muslim.
Alloh merahmati Rib’i bin Amir ra ketika ditanya oleh Rustum (panglima perang Persia), “Siapa Anda?”
Rib’i menjawab, “ Kami adalah kaum yang diutus oleh Alloh untuk mengeluarkan siapa yang mau dijemput hamba-hambaNya, dari bentuk penyembahan manusia atas manusia kepada penyembahan manusia hanya kepada Alloh semata, dari sempitnya kehidupan dunia menuju keluasan kehidupan akhirat, dan dari ketidakadilan agama-agama menuju keadilan Islam.”
6.Al-Waqi’iyah (Kontekstual)
Manusia diciptakan dengan segala kelebihan serta kelemahan yang dimilikinya. Islam mengakui realitas manusia sebagai makhluk yang mempunyai kombinasi penciptaan. Oeh karena itu, di dalam pengarahan pembentukan pola pikirnya, dalam ajaran moralitasnya, dan di dalam hukum kontekstualnya, Islam tidak pernah melupakan realitas alam, kehidupan dan manusia dengan segala kondisi dan peristiwa-peristiwa yang melingkupinya.
Islam memberikan perintah dan larangan, namun disitu ada rukhsah (keringanan) pada kondisi-kondisi tertentu yang secara fitrah manusia tidak dapat melaksanakannya. Seperti shalatnya orang sakit dengan duduk atau berbaring, tayamum, berbukanya orang musafir dengan menqadanya di hari lain.
Keringanan-keringanan itu semua merupakan perhatian Alloh akan realitas manusia dan kondisi mereka yang tidak stabil. Alloh menjelaskan dalam QS. Al-Hajj: 78 dan Al-Baqarah: 185.
KESEMPURNAAN ISLAM
Kesempurnaan Islam diibaratkan seperti bangunan yang lengkap dan utuh, masing-masing akan melengkapi dan mendukung bagian yang lainnya. Bagian-bagian inilah nantinya yang akan menegakkan bangunan Islam. Secara garis besar Ustadz Said Hawa membagi unsur-unsur bangunan Islam menjadi tiga bagian :
1.Al-Asas
Asas atau dasar adalah pondasi yang menjadi dasar penegakan bangunan. Akidah dan ibadah dalam ajaran Islam menduduki posisi ini. Tingginya bangunan menuntut kokohnya pondasi yang dibuat. Kedua hal ini harus mendapat prioritas perhatian sebelum yang lainnya.
Akidah yang kuat akan melahirkan sebuah keyakinan yang mantap dan meninggalkan semua bentuk keraguan, sehingga memunculkan ketenteraman jiwa. Keadaan yang demikian menjadikan jiwa seseorang terikat dengan aturan Al-Khaliq. Kondisi yang demikian menjadikan seseorang terikat dengan aturan Alloh SWT dengan melakukan berbagai bentuk ketaatan dan menghindari semua larangan-Nya.
Seorang yang beribadah kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak mulia dan bermuamalah dengan manusia secara baik.
Karena posisi akidah yang demikian penting itulah Rasulullah SAW membina akidah para sahabatnya selama 13 tahun dalam periode Makkah. Pada akhirnya bangunan Islam mudah didirikan di Madinah dalam waktu yang relatif singkat.
Ibadah adalah sarana komunikasi dengan Alloh sebagai Al-Khaliq. Dengan ibadah kualitas seseorang ditentukan, karena jiwa dan ruh ibadah akan teraplikasikan dalam realitas kehidupannya. Ibadah yang dilakukan seorang manusia akan mendatangkan kecintaan Alloh. Wujud kecintaan ini adalah bimbingan dalam menempuh hidup dan kehidupannya.
2.Al-Bina
Al-Bina adalah wujud bangunan Islam yang tampak, dapat dirasakan keberadaannya dan bisa dinilai baik oleh umat Islam maupun umat yang lainnya. Bangunan Islam akan tampak ketika seluruh aturan bermuamalah diterapkan. Setiap bagian mempengaruhi bagian yang lain, tidak dilaksanakannya satu bagian akan memperlemah sistem secara keseluruhan. Yang termasuk dalam hal ini antara lain :
a.Sistem politik, diantaranya prinsip musyawarah (QS.3:159, 42:38), perdamaian (QS.2:208, 8:61), hukum (QS. 6:57, 12:40)
b.Sistem perekonomian, seperti masalah utang piutang (QS.2:282), pegadaian (QS.2:283), penghalalan jual beli dan pengharaman riba(QS.2:275)
c.Sistem keprajuritan (militer), seperti mempersiapkan tentara (QS.8:60)
d.Sistem akhlak, diantaranya tentang berbuat kebaikan (QS.2:44), berkata benar (QS.2:177), memaafkan (QS.2:237)
e.Sistem sosial kemasyarakatan, seperti masalah zakat (QS.2:43), keadilan dalam menegakkan hukum (QS.4:58) dan konsep persaudaraan (QS.49:10,13)
f.Sistem pengajaran, seperti berlaku lemah lembut dalam memberi pelajaran (QS.3:159), pemberian nasihat (QS.31:12-19).
Umat Islam mestinya optimis bahwa ajaran agamanya sebagai sistem kehidupan yang terbaik akan memimpin peradaban dunia ketika aturannya ditegakkan. Ketika bangunan Islam tegak, maka saat itulah umat Islam melaksanakan tugasnya menjadi khalifah Alloh di muka bumi dengan baik. Mereka akan menjadi umat terbaik dan cerminan bagi umat yang lain.
3.Al-Muayyadat (Atap/Pelindung)
Al-Muayyadat adalah pelindung bagi bangunan Islam, agar apa-apa yang ada dalam bangunan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan sempurna, serta terjaga dari segala gangguan.Untuk itu diperlukan atap yang melindunginya dari serangan musuh-musuh Islam. Atap (pelindung) tersebut adalah :
a.Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf berarti memerintah kepada hal-hal yang baik.Yaitu segala sesuatu yang dibolehkan oleh syariat, baik yang wajib maupun yang sunnah, sebagaimana tercakup dalam rukun-rukun bangunan Islam tersebut.
Nahi munkar, artinya mencegah manusia dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syariat Islam. Memerintah dan mencegah atau melarang merupakan dua hal yang harus ada untuk dapat melaksanakan semua asas dan rukun-rukun dalam bangunan Islam, dari akidah, ibadah, dan semua hukum Islam.
Dalam QS.Ali Imron :110 Alloh menyifati umat Islam sebagai khairu ummah yang selalu melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
b.Jihad
Selain amar ma’ruf nahi munkar, termasuk juga dalam tahap bangunan Islam adalah jihad fi sabilillah. Yaitu berusaha dan berjuang sungguh-sungguh untuk menegakkan bangunan Islam tersebut. Dengan jihad fi sabilillah inilah ajaran Islam akan teraktualisasikan dalam kehidupan umat manusia dan Islam akan tetap eksis walaupun musuh-musuh Islam berusaha merobohkan bangunannya.
c.‘Uquubat (sanksi-sanksi)
Sanksi-sanksi atau hukuman ditetapkan oleh Alloh SWT semata-mata demi kemaslahatan umat manusia. Tanpa sanksi-sanksi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan, maka bangunan Islam tidak akan memiliki ketahanan untuk menghadapi serangan yang datang dari dalam tubuh umat Islam sendiri maupun dari luar mereka.
REFERENSI :
Panduan Asistensi Agama Islam UNS 2001
Al-Islam . Sa’id Hawa
Dasar – Dasar Islam. Abul A’la Al-Maududi
Prinsip-prinsip Islam. Abul A’la Al-Maududi
Karakteristik Islam. Yusuf Qordhowi
Salah Paham Terhadap Islam. Al- Ghazali
Manusia secara fitrah tidak akan puas dengan ilmu dan pengetahuan, tidak akan kenyang dengan seni dan sastra, serta tidak akan terpenuhi kekosongan jiwanya dengan perhiasan dan kesenangan. Ia akan senantiasa bimbang karena kelaparan rohani da kehausan fitrah.
Alloh SWT. Dzat yang telah menciptakan alam dengan segala isinya Maha Mengetahui akan segala kebutuhan manusia. Maka Alloh SWT menurunkan Islam sebagai agama fitrah yang akan menentramkan dan mensejahterakan seluruh manusia. Sebagaimana firman-Nya dalam QS Ar-Ruum : 30.
Islam adalah agama Alloh yang diberi nama langsung oleh-Nya. Pada umumnya nama agama disandarkan pada pendiri agama tersebut atau kepada kaum tempat agama tersebut lahir.
Namun Islam adalah agama samawi (langit) yang langsung dari Alloh bahkan namanya pun juga dari Alloh SWT. :
“Sesungguhnya agama yang diridhoi Alloh hanyalah Islam” (Q.S. Ali Imran :19)
PENGERTIAN
Makna Secara Bahasa (Lughawi)
Islam adalah nama dari suatu sistem hidup yang telah diturunkan oleh Alloh melalui Rasul-Nya. Alloh telah ridho bahwa Islam ini sebagai pedoman hidup manusia. Sebagaimana termaktub dalam firman-Nya :
“….dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agamamu.” (Q.S.Al-Maidah :3)
Ditinjau dari akar katanya, Islam berasal dari kata aslama. Di dalam Al-Quran kata tersebut digunakan dengan beberapa perubahan, yakni :
Aslama berarti menyerahkan diri (Ali Imron :83)
IstIslama-taslima-mutaslimun berarti penyerahan total (An-Nisa:65)
Saliim berarti bersih, suci (Asy-Syu’ara:89)
Salaam berarti kesejahteraan (Az-Zumar : 73)
Salam yang berarti damai (Muhammad : 35)
Makna Secara Istilah
Definisi Islam secara istilah adalah ketundukan (khudu’) kepada wahyu Ilahi (53:4, 21:7) yang diturunkan kepada para nabi dan rasul (2:136, 3:84) khususnya Muhammad SAW, sebagai hukum Alloh (5:48-50) yang membimbing umat manusia ke jalan yang lurus (6:153) menuju kebahagiaan dunia akhirat (16:97, 2:200, 28:77).
KARAKTERISTIK ISLAM
Agama Islam memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan ajaran llain. Karakteristik inilah yang menjadikan Islam sebagai ajaran hidup yang paling tinggi di sisi Alloh di atas semua ajaran hidup buatan manusia yang ada di muka bumi. Hal ini ditegaskan Rasululloh SAW, bahwa Islam tinggi dan tidak ada lagi yang lebih tinggi daripadanya.
Karakteristik yang dimaksud meliputi :
1.Rabbaniyah
Kata “Rabbani” menunjukkan kedekatan yang sangat kuat dengan Rabbul Izzati, yakni Alloh. Yang dimaksud Rabbaniyah meliputi 2 hal :
Rabbaniyah Al-Masdar
(Rabbaniyah dalam sumber ajaran)
Dalam agama selain Islam, biasanya nama agama tersebut dinisbatkan kepada nama penyerunya atau nama daerah asal kemunculannya. Misalnya Budha, yang diambil dari nama pencetusnya yaitu Budha Gautama, Kristen dari Yesus Kristus, atau umat Islam menyebutnya Nasrani karena yesus lahir dari daerah Nazaret.
Orang-orang Barat menyebut Islam dengan Muhammadisme. Mereka mengatakan Islam adalah ajaran dari Muhammad. Padahal Alloh menegaskan dalam Al-Quran surat An-Najm:1-4.
Jelaslah bahwa ajaran Islam bersih dari unsur campur tangan manusia. Islam murni datang dari Alloh SWT. Bahkan nama “Islam” adalah nama yang berasal dari Alloh SWT, bukan dari manusia.
Sudah merupakan “rekayasa Ilahi” bahwa Rasulullah SAW, adalah orang yang ummi, yang tidak dapat menulis dan membaca, karena beliau memang tidak pernah berguru kepada siapa pun. Sehingga tidak mungkin Nabi Muhammad dapat membuat sebuah ajaran hidup yang demikian tinggi, yang diakui oleh umat Islam maupun orang-orang di luar Islam.
Selain sumber ajaran Islam hanya dari Alloh SWT, metode (manhaj) untuk menerapkan ajaran tersebut juga ditetapkan oleh Alloh. Sehingga metode untuk melaksanakan Islam bukanlah sebuah rekayasa yang dipengaruhi oleh fajtor individu, keluarga, golongan, ataupun bangsa.
Rabbaniyah Al-Ghayah
(Rabbaniyah dalam Tujuan)
Dalam Islam, tujuan akhir dari semua peribadatan adalah Alloh SWT. Dalam ajarannya ada ketentuan tentang halal, haram, wajib, sunah, mubah, dan sebagainya. Itu semua dalam rangka agar manusia mendapat keridhaan Ilahi dengan berbuat taat kepada-Nya.
Dalam ajaran Islam terdapat tujuan-tujuan antara yang bersifat social humanity, misalnya puasa agar sehat, bekerja keras agar berhasil. Namun di atas semua itu, tujuan akhirnya adalah agar manusia dalam mengarungi kehidupan ini selalu dalam naungan ridha Ilahi.
2.Insaniyah (Kemanusiaan)
“ Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada seluruh manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Saba : 28)
Islam memiliki masdar yang rabbani, yaitu dari Alloh, pencipta alam semesta. Alloh SWT Maha Mengetahui tentang ciptaan-Nya, sehingga Islam yang Alloh turunkan di muka bumi sebagai aturan hidup bagi manusia merupakan pedoman hidup untuk meraih kemuliaan, kebaikan, dan keselamatan dunia akhirat. Semua ajaran Islam dapat dilaksanakan oleh manusia, karena dienul Islam diturunkan oleh Alloh SWT sesuai dengan fitrah dan kemampuan manusia.
Alloh juga telah mengangkat rasul dari kalangan manusia biasa, yang tidak ada kelebihan mereka atas manusia yang lain kecuali karena mereka memperoleh wahyu dari Alloh SWT. Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak dapat melaksanakan ajaran Islam. Dalam hal ini Alloh SWT memang sengaja mengangkat Nabi yang membawa risalah Islam dari kalangan manusia biasa (bukan dari malaikat yang suci dari dosa dan hawa nafsu). Hal ini menunjukkan bahwa Islam dapat dilaksanakan oleh semua manusia yang sarat dengan potensi takwa dan dosa dalam dirinya.
Sehubungan dengan ini Sayid Qutub mengatakan bahwa Islam adalah konsep yang relistis, bukan konsep yang rasional semata ataupun idealisme tanpa wujud, sehingga Islam tidak dapat diraih oleh semua manusia. Semua konsep dalam Islam sesuai dengan realitas manusia dengan segala potensi kelebihan dan kelemahan yang dimilki manusia. Tujuan dari ibadah dalam Islam adalah keridhaan Alloh SWT, yang itu juga berarti kebahagiaan hidup manusia dunia dan akhirat.
3.Syumuliyah
Islam berasal dari Alloh yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu, yang lahir dan yang batin, yang di langit dan yang di bumi, serta seluruh sisi yang menyangkut kehidupan manusia. Islam yang datangnya dari sisi Alloh meliputi itu semua.
Imam Hasan Al Banna mengatakan :
“ Islam adalah risalah yang terbentang luas, sehingga meliputi seluruh abad sepanjang zaman, terbentang luas meliputi semua cakrawala umat, dan begitu mendetail sehingga memuat seluruh urusan dunia dan akhirat.”
Keuniversalan Islam menjadikan Islam sebagai pedoman hidup bagi manusia yang tidak dibatasi oleh waktu, ruang dan tempat. Islam tetap up to date sepanjang zaman. Firman Alloh SWT : (Al-Anbiya :107).
Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia, dari akidah yang merupakan fondasi bangunan Islam hingga siyasah (politik). Islam mengajarkan tentang bagaimana menjadi mahasiswa, dosen, guru, politikus, dokter, wartawan, advokat, petani, pedagang, dan karyawan yang Islami, menekuni apa saja profesinya sebagaimana yang telah digariskan dalam Islam.
4.Al-Wasthiyyah (Moderat) dan Tawazun (Seimbang)
Moderat dan seimbang adalah karakteristik Islam yang memungkinkan manusia dapat melaksanakan ajaran Islam dalam kondisi bagaimanapun.
Manusia adalah makhluk Alloh yang tersusun dari unsur samawi (langit) yaitu ruh yang cenderung kepada kebaikan, dan unsur ardhi (bumi) yaitu syahwat yang cenderung kepada dosa. Islam memperhatikan kedua unsur tersebut, yaitu dengan mengarahkan dan menyalurkannya sehingga membawa mereka menuju keridhaan Ilahi.
Islam memberikan perintah dan larangan, namun disitu ada rukhsah (keringanan) pada kondisi-kondisi tertentu yang secara fitrah manusia tidak dapat melaksanakannya. Islam mewajibkan puasa Ramadhan, namun ada keringanan bagi para musafir untuk mengganti puasanya di bulan yang lain.
Dalam fiqih Islam terdapat beberapa perbedaan para ulama. Ibrah (pelajaran) yang bisa dipetik dari ini adalah bahwa hukum Islam dapat diterapkan baik dalam kondisi yang ideal maupun darurat.
Islam melarang umatnya hanya mementingkan kebutuhan ruh saja dengan mengesampingkan kebutuhan jasadnya. Rasulullah melarang umatnya mengkhatamkan Al-Quran dalam waktu kurang dari 3 hari, karena hal itu berarti melupakan kepentingan jasadnya. Padahal jasad yang sehat merupakan nikmat Alloh yang mesti disyukuri dengan merawat dan memanfaatkannya. Sebaliknya Islam melaknati orang yang hanya mementingkan kebutuhan jasadnya saja, sedangkan ruhnya dibiarkan kosong sehingga dihuni oleh setan.
5.Al-Wudhuh (Jelas)
Tujuan dienul Islam secara umum adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliah kepada cahaya Islam yang terang benderang. Seperti disebutkan dalam Q.S. Ibrahim :1 .
Ajaran Islam adalah suara yang jelas baik sumbernya, metodenya, maupun tujuannya. Sehingga ini cukuplah bagi tiap Muslim apa-apa yang telah datang kepada meraka dari Al-Quran dan Al-Hadits.
Islam telah secara jelas menguraikan tentang akidah, ibadah, akhlaq dan sebagainya. Bahkan sampai hal-hal kecil dalam kehidupan manusia, seperti adab bertamu, masuk kamar mandi, dan sebagaianya.
Dengan kejelasan ini akan menghilangkan keragu-raguan manusia dalam beribadah dan menempuh kehidupan ini secara Islami. Mengapa saya Islam, bagaimana cara berIslam, dan apa tujuannya, adalah pertanyaan yang harus telah terjawab dengan baik dalam diri setiap muslim.
Alloh merahmati Rib’i bin Amir ra ketika ditanya oleh Rustum (panglima perang Persia), “Siapa Anda?”
Rib’i menjawab, “ Kami adalah kaum yang diutus oleh Alloh untuk mengeluarkan siapa yang mau dijemput hamba-hambaNya, dari bentuk penyembahan manusia atas manusia kepada penyembahan manusia hanya kepada Alloh semata, dari sempitnya kehidupan dunia menuju keluasan kehidupan akhirat, dan dari ketidakadilan agama-agama menuju keadilan Islam.”
6.Al-Waqi’iyah (Kontekstual)
Manusia diciptakan dengan segala kelebihan serta kelemahan yang dimilikinya. Islam mengakui realitas manusia sebagai makhluk yang mempunyai kombinasi penciptaan. Oeh karena itu, di dalam pengarahan pembentukan pola pikirnya, dalam ajaran moralitasnya, dan di dalam hukum kontekstualnya, Islam tidak pernah melupakan realitas alam, kehidupan dan manusia dengan segala kondisi dan peristiwa-peristiwa yang melingkupinya.
Islam memberikan perintah dan larangan, namun disitu ada rukhsah (keringanan) pada kondisi-kondisi tertentu yang secara fitrah manusia tidak dapat melaksanakannya. Seperti shalatnya orang sakit dengan duduk atau berbaring, tayamum, berbukanya orang musafir dengan menqadanya di hari lain.
Keringanan-keringanan itu semua merupakan perhatian Alloh akan realitas manusia dan kondisi mereka yang tidak stabil. Alloh menjelaskan dalam QS. Al-Hajj: 78 dan Al-Baqarah: 185.
KESEMPURNAAN ISLAM
Kesempurnaan Islam diibaratkan seperti bangunan yang lengkap dan utuh, masing-masing akan melengkapi dan mendukung bagian yang lainnya. Bagian-bagian inilah nantinya yang akan menegakkan bangunan Islam. Secara garis besar Ustadz Said Hawa membagi unsur-unsur bangunan Islam menjadi tiga bagian :
1.Al-Asas
Asas atau dasar adalah pondasi yang menjadi dasar penegakan bangunan. Akidah dan ibadah dalam ajaran Islam menduduki posisi ini. Tingginya bangunan menuntut kokohnya pondasi yang dibuat. Kedua hal ini harus mendapat prioritas perhatian sebelum yang lainnya.
Akidah yang kuat akan melahirkan sebuah keyakinan yang mantap dan meninggalkan semua bentuk keraguan, sehingga memunculkan ketenteraman jiwa. Keadaan yang demikian menjadikan jiwa seseorang terikat dengan aturan Al-Khaliq. Kondisi yang demikian menjadikan seseorang terikat dengan aturan Alloh SWT dengan melakukan berbagai bentuk ketaatan dan menghindari semua larangan-Nya.
Seorang yang beribadah kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak mulia dan bermuamalah dengan manusia secara baik.
Karena posisi akidah yang demikian penting itulah Rasulullah SAW membina akidah para sahabatnya selama 13 tahun dalam periode Makkah. Pada akhirnya bangunan Islam mudah didirikan di Madinah dalam waktu yang relatif singkat.
Ibadah adalah sarana komunikasi dengan Alloh sebagai Al-Khaliq. Dengan ibadah kualitas seseorang ditentukan, karena jiwa dan ruh ibadah akan teraplikasikan dalam realitas kehidupannya. Ibadah yang dilakukan seorang manusia akan mendatangkan kecintaan Alloh. Wujud kecintaan ini adalah bimbingan dalam menempuh hidup dan kehidupannya.
2.Al-Bina
Al-Bina adalah wujud bangunan Islam yang tampak, dapat dirasakan keberadaannya dan bisa dinilai baik oleh umat Islam maupun umat yang lainnya. Bangunan Islam akan tampak ketika seluruh aturan bermuamalah diterapkan. Setiap bagian mempengaruhi bagian yang lain, tidak dilaksanakannya satu bagian akan memperlemah sistem secara keseluruhan. Yang termasuk dalam hal ini antara lain :
a.Sistem politik, diantaranya prinsip musyawarah (QS.3:159, 42:38), perdamaian (QS.2:208, 8:61), hukum (QS. 6:57, 12:40)
b.Sistem perekonomian, seperti masalah utang piutang (QS.2:282), pegadaian (QS.2:283), penghalalan jual beli dan pengharaman riba(QS.2:275)
c.Sistem keprajuritan (militer), seperti mempersiapkan tentara (QS.8:60)
d.Sistem akhlak, diantaranya tentang berbuat kebaikan (QS.2:44), berkata benar (QS.2:177), memaafkan (QS.2:237)
e.Sistem sosial kemasyarakatan, seperti masalah zakat (QS.2:43), keadilan dalam menegakkan hukum (QS.4:58) dan konsep persaudaraan (QS.49:10,13)
f.Sistem pengajaran, seperti berlaku lemah lembut dalam memberi pelajaran (QS.3:159), pemberian nasihat (QS.31:12-19).
Umat Islam mestinya optimis bahwa ajaran agamanya sebagai sistem kehidupan yang terbaik akan memimpin peradaban dunia ketika aturannya ditegakkan. Ketika bangunan Islam tegak, maka saat itulah umat Islam melaksanakan tugasnya menjadi khalifah Alloh di muka bumi dengan baik. Mereka akan menjadi umat terbaik dan cerminan bagi umat yang lain.
3.Al-Muayyadat (Atap/Pelindung)
Al-Muayyadat adalah pelindung bagi bangunan Islam, agar apa-apa yang ada dalam bangunan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan sempurna, serta terjaga dari segala gangguan.Untuk itu diperlukan atap yang melindunginya dari serangan musuh-musuh Islam. Atap (pelindung) tersebut adalah :
a.Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf berarti memerintah kepada hal-hal yang baik.Yaitu segala sesuatu yang dibolehkan oleh syariat, baik yang wajib maupun yang sunnah, sebagaimana tercakup dalam rukun-rukun bangunan Islam tersebut.
Nahi munkar, artinya mencegah manusia dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syariat Islam. Memerintah dan mencegah atau melarang merupakan dua hal yang harus ada untuk dapat melaksanakan semua asas dan rukun-rukun dalam bangunan Islam, dari akidah, ibadah, dan semua hukum Islam.
Dalam QS.Ali Imron :110 Alloh menyifati umat Islam sebagai khairu ummah yang selalu melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
b.Jihad
Selain amar ma’ruf nahi munkar, termasuk juga dalam tahap bangunan Islam adalah jihad fi sabilillah. Yaitu berusaha dan berjuang sungguh-sungguh untuk menegakkan bangunan Islam tersebut. Dengan jihad fi sabilillah inilah ajaran Islam akan teraktualisasikan dalam kehidupan umat manusia dan Islam akan tetap eksis walaupun musuh-musuh Islam berusaha merobohkan bangunannya.
c.‘Uquubat (sanksi-sanksi)
Sanksi-sanksi atau hukuman ditetapkan oleh Alloh SWT semata-mata demi kemaslahatan umat manusia. Tanpa sanksi-sanksi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan, maka bangunan Islam tidak akan memiliki ketahanan untuk menghadapi serangan yang datang dari dalam tubuh umat Islam sendiri maupun dari luar mereka.
REFERENSI :
Panduan Asistensi Agama Islam UNS 2001
Al-Islam . Sa’id Hawa
Dasar – Dasar Islam. Abul A’la Al-Maududi
Prinsip-prinsip Islam. Abul A’la Al-Maududi
Karakteristik Islam. Yusuf Qordhowi
Salah Paham Terhadap Islam. Al- Ghazali
Hasan al-Banna adalah
tokoh besar dalam sejarah dakwah. Beliau pernah menggariskan 10 ciri-ciri
penting dalam usaha pembentukan peribadi Muslim.
10 CIRI-CIRI PERIBADI
MUSLIM
1. AQIDAH YANG BERSIH
Aqidah yang bersih
(salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan
aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah
swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan
ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan
aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah
sebagaimana firman-Nya yang artinya:’Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan
matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah
yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada
para sahabat di Makkah, Rasulullah sallallah ‘alahi wasallam mengutamakan pembinaan
aqidah, iman atau tauhid.
2. IBADAH YANG SAHIH
Ibadah yang benar
(shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul sallallah ’alaihi
wasallam yang penting, dalam satu hadisnya; beliau menyatakan: ‘solatlah kamu
sebagaimana kamu melihat aku solat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan
bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah
Rasul sallallah ’alaihi wasallam yang bererti tidak boleh ada unsur penambahan
atau pengurangan.
3. AKHLAK YANG MANTAP
Akhlak yang kukuh
(matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus
dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah mahupun dengan
makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam
hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak
yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah sallallah ’alaihi wasallam
ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada
kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an,
Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki
akhlak yang agung’ (QS 68:4).
4. TUBUH BADAN YANG
SIHAT
Kekuatan jasmani
(qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang harus ada.
Kekuatan jasmani bererti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga
dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fizikalnya yang kuat.
Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus
dilaksanakan dengan fizikal yang sihat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah
dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesihatan jasmani harus
mendapat perhatian seorang muslim, dan pencegahan dari penyakit jauh lebih
utama daripada pengubatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai
sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai
seorang muslim selalu dalam keadaan lemah dan kesakitan. Karena kekuatan
jasmani juga termasuk perkara yang penting, maka Rasulullah sallallah alaihi
wasallam bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada
mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).
5. BERPENGETAHUAN
LUAS
Intelek dalam
berfikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang
penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fathonah (cerdas) dan
Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir,
misalnya firman Allah yang ertinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar
dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih
dari keperluan.’Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang
harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktiviti berfikir. Untuk itu
seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
Biasakah kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan
pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah
mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang
sebagaimana firman-Nya yang ertinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui
dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah
yang dapatmenerima pelajaran (QS 39:9).
6. BERJUANG MELAWAN
HAWA NAFSU
Berjuang melawan hawa
nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada
pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada
yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan
menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu
akan ada dengan seseorang itu berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena
itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada
ajaran Islam, Rasulullah sallallah ’alaihi wasallam bersabda yang artinya:
Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya
mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
7. MENEPATI MASA
Pandai menjaga waktu
(harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena
waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan
Rasul-Nya. Allah s.w.t banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama
waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah
Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, 24 jam
sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak
sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan:
‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu
yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap
muslim amat dituntut untuk memanfaatkan waktunya dengan baik, sehingga waktu
dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka
diantara yang disinggung oleh Nabi sallalla ‘alaihi wasallam adalah
memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu
hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum
sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. TERATUR DALAM
SEMUA URUSAN
Teratur dalam suatu
urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang
ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam,
baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan
dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara
bersama-sama,maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi
cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional,
sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian
darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kesinambungan dan
penguasaan ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara
serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9. MAMPU BERDIKARI
Memiliki kemampuan
usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi)
merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu
yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru
bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi
ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena
tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim
tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus
kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan
mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah
amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang
sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat
dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu
menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah
Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau
ketrampilan.
10. BERMANFAAT BAGI
ORANG LAIN
Bermanfaat bagi orang
lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim.
Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia
berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar.
Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya
tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan
dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu
sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik
dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya:
sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy
dari Jabir). Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam
Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita
masing-masing.
Etika Pergaulan Remaja dalam Pandangan Islam
22 November 2010 | komentar (33)
Berbicara tentang remaja selalu
mendapat tanggapan yang beraneka ragam. Sayangnya, sekarang ini kesan yang ada
dalam benak masyarakat justru cenderung kebanyakan negatif. Dimulai dari
perkelahian antar pelajar, pornografi, kebut-kebutan, tindakan kriminal seperti
pencurian dan perampasan barang orang lain, pengedaran dan pesta obat-obat
terlarang, bahkan yang sekarang lagi heboh adalah dampak pergaulan bebas yang
semakin mengkhawatirkan.
Apalagi sekarang terpaan media informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan cepat. Di daerah yang tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat untuk pemutaran film-film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi sensual dan kemesuman
Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini.
Islam telah mengatur etika pergaulan remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah :
Apalagi sekarang terpaan media informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan cepat. Di daerah yang tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat untuk pemutaran film-film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi sensual dan kemesuman
Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini.
Islam telah mengatur etika pergaulan remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah :
1. Menutup Aurat
Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurot demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurot merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya terutama kepada lawan jenis agar tidak boleh kepada jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta menimbulkan fitnah.
Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan aurat bagi wanita yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.
Di samping aurat, Pakaian yang di kenakan tidak boleh ketat sehingga memperhatikan lekuk anggota tubuh, dan juga tidak boleh transparan atau tipis sehingga tembus pandang.
2. Menjauhi perbuatan zina
Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan di perbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 32:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”
Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut :
- Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu syetan.
- Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang.
Tata Cara Pergaulan Remaja
Semua agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergaulan remaja. Ajaran islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi :
a. Mengucapkan Salam
Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim, ucapan salam adalah do’a. Berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan teman tersebut.
b. Meminta Izin
Meminta izin di sini dalam artian kita tidak boleh meremehkan hak-hak atau milik teman apabila kita hendak menggunakan barang milik teman maka kita harus meminta izin terlebih dahulu
c. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
Remaja sebagai orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih tua dan mengambil pelajaran dari hidup mereka. Selain itu, remaja juga harus menyayangi kepada adik yang lebih muda darinya, dan yang paling penting adalah memberikan tuntunan dan bimbingan kepada mereka ke jalan yang benar dan penuh kasih sayang.
d. Bersikap santun dan tidak sombong
Dalam bergaul, penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar teman bisa merasa nyaman berteman dengan kita. Kemudian sikap dasar remaja yang biasanya ingin terlihat lebih dari temannya sungguh tidak diterapkan dalam islam bahkan sombong merupakan sifat tercela yang dibenci Allah.
e. Berbicara dengan perkataan yang sopan
Islam mengajarkan bahwa bila kita berkata, utamakanlah perkataan yang bermanfaat, dengan suara yang lembut, dengan gaya yang wajar .
f. Tidak boleh saling menghina
Menghina / mengumpat hukumnya dilarang dalam islam sehingga dalam pergaulan sebaiknya hindari saling menghina di antara teman.
g. Tak boleh saling membenci dan iri hati
Rasa iri akan berdampak dapat berkembang menjadi kebencian
yang pada akhirnya mengakibatkan putusnya hubungan baik di antara teman. Iri
hati merupakan penyakit hati yang membuat hati kita dapat merasakan ketenangan
serta merupakan sifat tercela baik di hadapan Allah dan manusia.
h. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
Masa remaja sebaiknya dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat remaja harus membagi waktunya efisien mungkin, dengan cara membagi waktu menjadi 3 bagian yaitu : sepertiga untuk beribadah kepada Allah, sepertiga untuk dirinya dan sepertiga lagi untuk orang lain.
i. Mengajak untuk berbuat kebaikan
Orang yang memberi petunjuk kepada teman ke jalan yang benar akan mendapatkan pahala seperti teman yang melakukan kebaikan itu, dan ajakan untuk berbuat kebajikan merupakan suatu bentuk kasih sayang terhadap teman.
Demikian beberapa tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai moral dan ajaran islam. Tata cara tersebut hendaknya dijadikan pedoman bagi remaja dalam bergaul dengan teman-temannya.Mudah-mudahan ini bisa kita jadikan renungan atau muhasabah
Seseorang tidak hanya menanggapi orang lain, tetapi juga
mempersepsi diri mereka sendiri. Hal ini disebabkan diri seseorang sekaligus
sebagai pesona penanggap dan pesona stimuli.
Menurut C. H. Cooley "Seseorang dapat membayangkan dirinya sebagai orang lain yang disebut sebagai Looking Glass Self (diri cermin), seakan-akan menaruh cermin di depan kita."
Teori Looking Glass Self yang dicetuskan oleh C.H. Cooley antara lain meliputi:
1. Membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain.
2. Membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita
3. Mengalami perasaan bangga atau kecewa, sedih atau malu.
Mengapa diperlukan mengamati diri sendiri (Looking Glass Self)?
--> Dengan mengamati diri, seseorang sampai kepada gambaran dan penilaian diri yang disebut Konsep Diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
1. Orang Lain
Pada dasarnya tidak semua orang mempunyai pengaruh sama terhadap diri kita. George Herbert Mead menyebutnya (orang-orang yang mempunyai pengaruh terhadap diri seseorang) dengan "significant others" atau orang lain yang sangat penting.
Siapakah Significant Others yang dimaksud?
-->Ketika masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang -orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan WY Humber menamainya dengan "Affective Others" (orang lain yang mempunyai ikatan emosional dengan kita).
Bagaimana "mereka" mempengaruhi kita?
a. Dari mereka kita perlahan-lahan membentuk Konsep Diri.
b. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka menyebabkan kita menilai diri secara positif.
c. Sebaliknya ejekan, cemoohan dan hardikan membuat kita melihat diri secara negatif.
2. Kelompok Rujukan (Reference Group).
Kelompok Rujukan adalah kelompok yang secara emosional mengikat dan berpengaruh terhadap Konsep Diri kita. Bagaimana hal itu terjadi? --> Dengan melihat kelompoknya, seseorang berusaha menyesuaikan diri dan mengarahkan perilakunya sesuai dengan ciri-ciri kelompoknya.
Naah,,setelah kita mengetahui faktor-faktor yang membentuk Konsep Diri, selanjutnya kita membahas tentang pengaruh Konsep Diri terhadap Komunikasi Interpersonal.
Adapun Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal adalah:
1. Nubuat yang dipenuhi sendiri.
Konsep Diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam Komunikasi Interpersonal. Hal ini disebabkan seseorang akan bertingkah laku sesuai dengan Konsep Diri yang dibangunnya. Misalnya; Jika seorang mahasiswa menganggap dirinya rajin, maka ia akan berusaha tidak pernah absen kuliah dan bersungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai yang baik.
Kecendrungan untuk bertingkah laku sesuai dengan Konsep Diri tersebut, disebut "Nubuat yang dipenuhi sendiri"
Kesuksesan seseorang dalam melakukan komunikasi interpersonal tergantung pada kualitas Konsep Diri yang dibangun, positif atau negatif. Seseorang bisa saja mempunyai Konsep Diri positif, atau sebaliknya. Konsep Diri baik positif maupun negatif memiliki ciri-ciri tersendiri, untuk lebih jelasnya dapat dibaca selengkapnya di artikel Konsep Diriku; Positif atau Negatif?
Menurut C. H. Cooley "Seseorang dapat membayangkan dirinya sebagai orang lain yang disebut sebagai Looking Glass Self (diri cermin), seakan-akan menaruh cermin di depan kita."
Teori Looking Glass Self yang dicetuskan oleh C.H. Cooley antara lain meliputi:
1. Membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain.
2. Membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita
3. Mengalami perasaan bangga atau kecewa, sedih atau malu.
Mengapa diperlukan mengamati diri sendiri (Looking Glass Self)?
--> Dengan mengamati diri, seseorang sampai kepada gambaran dan penilaian diri yang disebut Konsep Diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
1. Orang Lain
Pada dasarnya tidak semua orang mempunyai pengaruh sama terhadap diri kita. George Herbert Mead menyebutnya (orang-orang yang mempunyai pengaruh terhadap diri seseorang) dengan "significant others" atau orang lain yang sangat penting.
Siapakah Significant Others yang dimaksud?
-->Ketika masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang -orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan WY Humber menamainya dengan "Affective Others" (orang lain yang mempunyai ikatan emosional dengan kita).
Bagaimana "mereka" mempengaruhi kita?
a. Dari mereka kita perlahan-lahan membentuk Konsep Diri.
b. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka menyebabkan kita menilai diri secara positif.
c. Sebaliknya ejekan, cemoohan dan hardikan membuat kita melihat diri secara negatif.
2. Kelompok Rujukan (Reference Group).
Kelompok Rujukan adalah kelompok yang secara emosional mengikat dan berpengaruh terhadap Konsep Diri kita. Bagaimana hal itu terjadi? --> Dengan melihat kelompoknya, seseorang berusaha menyesuaikan diri dan mengarahkan perilakunya sesuai dengan ciri-ciri kelompoknya.
Naah,,setelah kita mengetahui faktor-faktor yang membentuk Konsep Diri, selanjutnya kita membahas tentang pengaruh Konsep Diri terhadap Komunikasi Interpersonal.
Adapun Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal adalah:
1. Nubuat yang dipenuhi sendiri.
Konsep Diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam Komunikasi Interpersonal. Hal ini disebabkan seseorang akan bertingkah laku sesuai dengan Konsep Diri yang dibangunnya. Misalnya; Jika seorang mahasiswa menganggap dirinya rajin, maka ia akan berusaha tidak pernah absen kuliah dan bersungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai yang baik.
Kecendrungan untuk bertingkah laku sesuai dengan Konsep Diri tersebut, disebut "Nubuat yang dipenuhi sendiri"
Kesuksesan seseorang dalam melakukan komunikasi interpersonal tergantung pada kualitas Konsep Diri yang dibangun, positif atau negatif. Seseorang bisa saja mempunyai Konsep Diri positif, atau sebaliknya. Konsep Diri baik positif maupun negatif memiliki ciri-ciri tersendiri, untuk lebih jelasnya dapat dibaca selengkapnya di artikel Konsep Diriku; Positif atau Negatif?
- See more at:
http://www.fathurrizqi.com/2013/03/membangun-konsep-diri.html#sthash.q1EWPzpB.dpuf
http://www.fathurrizqi.com/2013/03/membangun-konsep-diri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar